Selama ini, tugas pendidikan anak skala kepentingnya seringkali di sematkan pada pendidikan formal. Seseorang dianggap dapat terdidik standarnya hanya ketika ia menempuh jalur pendidikan formal.
Padahal, ada jalur pendidikan lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan. Hal itu adalah pendidikan informal. Apa itu pendidikan informal? Mengapa perannya tak bisa disepelekan?
Pendidikan informal, berasal dari dua buah kata. Pendidikan dan informal. Pendidikan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan; proses; perbuatan; cara mendidik
Sedangkan informal, masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai sesuatu yang tidak resmi.
Berdasarkan arti dua kata tersebut, maka dapat kita ambil kesimpulan, bahwa pendidikan informal adalah proses pengubahan sikap dan tata laku melalui jalur yang tidak resmi. Jika yang dimaksud formal itu adalah lembaga atau institusi pendidikan yang diakui negara seperti sekolah atau universitas, pendidikan informal ditempuh dari jalur lain. Yakni jalur keluarga dan lingkungan.
Pentingnya Menanamkan Pendidikan Di Jalur Informal
Pada faktanya jika diperhatikan, seseorang yang sudah mengikuti jalur pendidikan formal, tak otomatis ia memiliki cara berpikir dan cara berprilaku yang baik. Hal ini sudah banyak buktinya.
Salah satu buktinya, anda bisa melihat begitu banyak orang jahat yang berpendidikan tinggi. Pernahkah anda sesekali melihat latar belakang pendidikan koruptor?
Korupsi yang dilakukan oleh para koruptor adalah tindakan yang jahat dan tak bisa ditoleransi. Namun jika ditelusuri, para pelaku koruptor mayoritas adalah orang-orang yang menempuh pendidikan tinggi. Minimalnya adalah seorang sarjana.
Bahkan, ada juga koruptor yang memiliki pendidikan lebih tinggi lagi. Mulai dari magister, doktor, bahkan professor. Untuk memastikannya, anda bisa searching di gadget anda masing-masing. Mudah-mudahan ada kuotanya.
Bukannya hanya koruptor. Faktanya, banyak juga kejahatan-kejahatan atau seminimalnya prilaku buruk yang dilakukan oleh orang-orang yang menempuh pendidikan formal dengan kualifikasi tinggi. Mulai dari pembunuh, pemerkosa, penipu, dan sebagainya.
Anda juga bisa melihat sendiri. Apakah mereka yang sudah mahasiswa itu tata sikapnya lebih baik dari mereka yang masih sekolah dasar? Belum tentukan?
Bisa jadi, ada anak sekolah dasar yang prilakunya lebih terpuji ketimbang mereka yang sedang menempuh pendidikan tinggi. Hal ini adalah fakta yang sulit dibantah.
Lantas mengapa bisa demikian?
Tentu saja, deretan fakta tersebut tentu bukan ingin menunjukan bahwa pendidikan formal adalah produsen pelaku kejahatan. Namun, yang ditekankan adalah bahwa bisa jadi hal itu terjadi karena gagalnya pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan.
Karena sesungguhnya, tugas keluarga dan lingkungan dalam menjalankan proses pendidikan tak bisa disepelekan.
Peran Keluarga
Keluarga adalah tempat pertama dimana manusia lahir dan tumbuh besar. Jauh sebelum manusia sekolah, manusia tinggal bersama keluarganya.
Ketika sudah sekolah, manusia juga masih bersama keluarganya. Bahkan, dalam porsi waktu yang sangat lama. Bisa jadi lebih lama dari sekolah.
Tak bisa dipungkiri jika pada akhirnya, pengaruh keluarga lebih penting dari pengaruh sekolah. Maka dari itu, cara berpikir dan bersikap anak-anak sangat dipengaruhi oleh orangtuanya.
Pengaruh orangtua yang buruk, sangat mungkin membuat anak memiliki karakter yang buruk. Sebaliknya, pengaruh orangtua yang baik, sangat mungkin membuat anak memiliki karakter baik.
Maka dari itu, siapa saja yang saat ini menyandang status sebagai orang tua, sudah semestinya menjalankan tugas-tugas pendidikan informal. Orangtua perlu terlibat dalam upaya pengajaran dan pembentukan karakter anak.
Jangan sampai, orangtua lepas tangan dan menyerahkan sepenuhnya tugas pendidikan pada pendidikan formal. Bahkan, sebenarnya, ketika anak belum dewasa, tugas pendidikan formal adalah membantu. Pendidikan keluarga di jalur informal lebih utama.
Peran Lingkungan
Selain keluarga, peran lingkungan dalam proses pendidikan manusia juga tak kalah pentingnya. Lingkungan, dengan segala elemen yang ada didalamnya, mulai dari teman main, teman sekolah, teman kerja, teman organisasi, termasuk media yang diakses, memiliki karakter yang juga besar terhadap pembentukan karakter manusia.
Anda mungkin pernah merasakan, dimana anda memutuskan sesuatu bukan karena keinginan sendiri, namun karena pengaruh orang lain. Anda mungkin pernah bersikap karena tidak enak dengan teman anda, atau menghargai teman anda.
Mulanya, mungkin melakukannya dengan terpaksa. Tapi lama-lama, jika dilakukan berulang akan menjadi karakter.
Hal yang sama mungkin terjadi pada anak-anak anda. Anak-anak anda larang merokok. Namun, teman mainnya banyak yang merokok dan mengajak anak anda merokok. Mulanya anak anda berat untuk merokok. Ia ingat larangan anda.
Namun, jika anak-anak terus bersama teman-temannya yang merokok, anak-anak anda akan mengulang perbuatan yang awalnya dilakukan terapaksa itu dalam intensitas yang bertambah. Lama-lama, anak anda akan kebiasaan dan melakukannya karena kesadaran sendiri.
Hal diatas hanya salah satu contoh saja. Ada banyak fakta lain yang menunjukan besarnya pengaruh lingkungan.
Maka dari itu, jika anda adalah orangtua, anda perlu peduli juga dengan lingkungan anak-anak anda. Siapa teman mainnya? Siapa sahabat sekolahnya?
Agar tugas lingkungan dalam memberi pengaruh baik bisa tercapai, tak ada salahnya anda mendorong anak-anak anda untuk berada dalam lingkungan yang baik. Meski hal ini bukan sesuatu yang mudah.**(han)