Orangtua Durhaka, Yang Bagaimana?


Selama ini, yang banyak sering orang dengar adalah istilah anak durhaka. Padahal, sebenarnya, jika kita kaji arti dari durhaka, istilah orangtua durhaka juga bisa dan mungkin adanya.


Sebelum membahas orangtua durhaka itu yang bagaimana, ada baiknya anda memahami dulu, apa yang dimaksud dengan durhaka.

Pengertian Durhaka


Durhaka, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya adalah ingkar terhadap perintah. Baik itu perintah Tuhan, orangtua, dan sebagainya.

Adapun dalam bahasa arab, durhaka yang dalam bahasa arab adalah al-uquuq berasal dari kata al-‘aqqu, yang sama juga artinya dengan al-qath’u. al-qath’u sendiri artinya memutus, merobek, memotong, dan membelah.

Dalam Islam, durhaka sering diidentikan dengan seorang anak yang melakukan perbuatan atau ucapan yang membuat hati kedua orangtuanya tersakiti.

Orangtua Durhaka


Lantas, apa iya bisa juga orangtua diberi label orangtua durhaka? Tentu saja bisa, jika makna durhaka itu dikembalikan pada makna durhaka dalam bahasa Indonesia.

Jika seorang anak dapat dikatakan durhaka jika dia mengingkari perintah orangtuanya, maka orangtua juga bisa dikatakan durhaka, jika orang tua tersebut mengabaikan tugas dari Tuhannya yang menitipkan anak manusia untuk ditunaikan hak-haknya.

Jadi, yang dimaksud dengan orangtua durhaka adalah orangtua yang tidak menunaikan hak-hak anaknya dengan baik. Berbagai perintah Tuhan yang berkaitan dengan pengurusan anak-anak, tidak dijalankan sebagaimana mestinya oleh orangtua. Itulah yang dimaksud dengan orangtua durhaka jika kita maknai kata durhaka sesuai pengertian bahasa Indonesia.

Lantas, Apa Saja Ciri-Ciri Orangtua Durhaka?


Pertanyaan berikutnya, bagaimana ciri-ciri orangtua yang durhaka? Jika yang dimaksud orangtua durhaka adalah orangtua yang mengabaikan hak-hak dan tidak menjalankan tugasnya pada anak-anaknya, maka sederhana saja untuk mngidentifikasi ciri ciri orang tua durhaka. Berikut ciri-cirinya.

Pertama, Orangtua Durhaka Tidak Memberi Nafkah Anaknya Dengan Sumber Yang Halal


Salah satu tugas utama orangtua adalah bukan hanya memberi anak-anaknya nafkah. Lebih dari itu, orangtua harus juga memastikan bahwa nafkah yang diberikannya untuk tumbuh kembang anaknya berasal dari harta yang halal.

Maka dari itu, orangtua semestinya paham, mana cara mencari nafkah yang halal dan mana cara mencari nafkah yang haram. Jangan sampai anda sebagai orangtua sembarangan dalam memilih cara mencari nafkah.

Sebagai orangtua, tidak selayaknya anda mencari nafkah dengan menjadi begal, pencuri, rampok, koruptor, dan sebagainya.

Anak-anak berhak mendapatkan nafkah yang halal. Harta yang tidak halal, menurut keterangan yang pernah penulis dengar, bisa juga memiliki pengaruh terhadap kualitas kesalehan anak-anak anda.

Hal ini berlaku ketika anak anda masih dalam kandungan dalam belum lahir di dunia. Bahkan, sejak menikah juga mestinya demikian. Seorang ibu yang kelak melahirkan anak-anak, harus dipastikan juga dinafkahi dengan harta halal.

Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya tidak akan masuk surge daging yang tumbuh dari harta yang haram. Neraka lebih pantas untuknya.” (HR Ahmad dan Ad-Darimi)

Kedua, Tidak Memberi Nama Yang Baik Bagi Anak-Anak

Salah satu tugas orangtua lainnya adalah memberikan nama yang baik bagi anak-anaknya ketika anaknya lahir. Jangan sampai, anak diberi nama sembarangan, atau bahkan diberi nama yang buruk.
Jangan sampai anak-anak diberi nama Jahanam, Setan, Jancuk, dan sebagainya. Nama adalah doa dan melekat pada anak hingga akhir hayatnya.

Dalam Sirah Nabawiyyah, Rasulullah Saw dikisahkan biasa menyuruh kaum muslimin yang diketahuinya memiliki nama buruk untuk diubah menjadi baik.

Dalam sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Imam At-Thabarani, dari Syarik bin Abdullah al-Qadhi diceritakan bahwa, “Adalah Rasulullah Saw, jika beliau mendengar nama buruk, beliau mengubahnya. Ketika beliau melewati sebuah kampong bernama afrah, beliau mengubahnya dengan nama khadrah.”

Salah seorang ulama yang bernama Imam al Bajuri juga menyampaikan, “Disunnah-kan memperbagus nama sesuai hadits,’Kamu sekalian dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama-nama bapak kalian. Oleh karena itu, pilihlah sebutan nama yang baik untuk nama kalian.”

Ketiga, Tidak Mendidiknya dengan Baik

Tugas mendidik anak-anak anda sesungguhnya adalah tugas utama anda sebagai orangtua. Kalaupun ia sekolah dan memiliki guru, tugas guru sebenarnya bersifat sekunder saja. Dan, itu tidak bisa mengahapus kewajiban anda sehingga bisa abai terhadap kegiatan mendidik anak anda.

Sejak anak lahir, orangtua harus berusaha mengarahkan anaknya agar senantiasa berada dalam koridor kebaikan. Kewajiban ini terus belangsung hingga Ia tumbuh dewasa.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda, “Tiada suatu pemberian yang lebih utama yang diberikan ayah kepada anaknya selain pengajaran yang baik,” (HR Al Baihaqi)

Harta, kemewahan, dan berbagai hal yang mungkin dianggap besar bagi sebagian orangtua ketika diberikan anaknya, nyatanya menurut Nabi itu tak lebih berharga ketimbang pengajaran yang baik.

Maka, didiklah anak anda dengan baik. Tunaikan hak mereka dan jangan jadi orangtua durhaka.

Keempat, Tidak Mengajarkannya Al Qur’an

Salah satu tugas orang tua yang menyebabkannya menjadi orangtua durhaka jika tidak melaksanakannya adalah ketika orangtua tidak mengajarkan anaknya tentang al-Quran.

al-Quran dalam agama adalah petunjuk yang menjamin keselamatan dunia akhirat bagi manusia jika memegangnya hingga ajalnya menjemput.

Untuk itu, anda sebagai orangtua juga tak boleh luput dari tugas memastikan anak-anak anda dapat menjadi anak yang dekat dengan al-Quran. Bisa membacanya, menghafalkannya, memahaminya, mengamalkannya, hingga menyebarkannya.

Namun ini akan jadi masalah jika anda tidak paham agama. Jika anda sebagai orangtua untuk membaca al-Quran saja tidak bisa, bagaimana bisa mengajarkan anak tentang al-Quran?

Dititik ini, jika anda merasa begitu, maka anda perlu melecut diri untuk mau belajar al-Quran, seraya mungkin bisa berbagi tugas dengan guru ngaji yang bisa membantu anak anda dekat dengan al-Quran.

Anda harus ingat, ketika anda mengajari anak , misalnya surat al-Fatihah, itu akan menjadi amal jariyah bagi anda. Karena anak anda seumur hidupnya akan membaca al-Fatihah sepanjang solatnya.
Apakah anda sebagai orangtua rela kehilangan peluang pahala tersebut?

Kelima, Tidak Memberikan Teladan yang Baik

Ciri orangtua durhaka yang lain adalah ketika orangtua itu tidak memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya.

Teladan adalah contoh. Dan, anak-anak adalah manusia dengan kemampuan meniru yang paling hebat sedunia.

Dengan memahami hal ini, anda mestinya juga sadar bahwa penting sebagai orangtua agar anda memberikan contoh yang baik bagi anak-anak anda. Jangan sampai anak-anak anda melihat keburukan anda dan kemudian menirunya.

Hal ini adalah bentuk kedurhakaan juga terhadap perintah Allah Swt. Dalam al-Quran, Allah Swt memerintahkan agar manusia itu melaksanakan apa yang yang disampaikannya.

Apa yang keluar dari mulut, mesti sama juga dengan apa yang dilakukan dalam bentuk perbuatan. “Wahai orang-orang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan? Sungguh besar murka Allah bagi mereka yang mengatakan namun tidak melakukan (apa yang mereka katakana)” (TQS As-Shaf :2-3)

Jangan sampai anda sebagai orangtua menyuruh anak ngaji, tapi anda malas ngaji. Menyuruh anda solat, anda tidak solat. Menyuruh anak anda belajar, anda sendiri tidak pernah belajar.

Jangan sampai anda menjadi durhaka seperti ini ya. Mudah-mudahan kita tidak digolongkan menjadi orangtua durhaka. Aamiin.**

Tinggalkan komentar