Orangtua Pilih Kasih, Bolehkah?

Orangtua yang memiliki kecenderungan untuk mencintai salah seorang anak ketimbang anak yang lainnya sebetulnya sesuatu yang wajar bila terjadi. Kecenderungan mencintai satu atau beberapa manusia dibanding yang lain adalah suatu fitrah yang sulit sekali dibendungnya.
Jangan heran, jika dalam sejarah kenabian yang kita mungkin ketahui, ada salah seorang nabi yang secara terang mencintai lebih mencintai salah seorang anaknya ketimbang anak yang lainnya. Siapakah ia?
Ya, Nabi Yakub As.
Anda masih ingat kisahnya? Kisahnya yang memiliki kecenderungan lebih mencintai salah seorang anaknya, yakni Nabi Yusuf As diantara seluruh anaknya yang berjumlah dua belas orang. Kisah ini sangat populer dan saya yakin anda pernah mendengarnya.
Kecintaan pada salah seorang anak umumnya muncul karena anda mungkin melihat ada kebaikan, ketaatatan, dan kesalehan yang berlebih dari salah seorang anak dibanding anak yang lainnya. Ini sesungguhnya sesuatu yang normal saja.

Lebih mencintai boleh, tapi lebih mengasihi jangan


Harus digaris bawahi, meskipun memiliki kecendrungan mencintai dan menyayangi salah seorang anak itu diperbolehkan, namun alangkah lebih baik jika apa yang dirasakan itu tidak ditampakkan di depan semua anak-anak yang lain. Apalagi, jika ditampakan berlebihan.
Inilah mungkin yang oleh banyak orang disebut pilih kasih. Pilih kasih yang dimaksud adalah mengekspresikan cinta dan sayang secara berlebihan kepada salah seorang anak ketimbang anak-anak yang lainnya. Sehingga anak yang lain misalnya, mendapatkan perlakuan yang buruk, jahat, atau zalim.
Kesimpulannya, pilih kasih yang dilarang adalah pilih kasih yang disertai dengan kezaliman pada anak yang lain. Itu yang tak boleh.
Andaikan, anda memiliki dua orang anak, lalu yang satu selalu anda beri makan enak karena anda lebih sayang, sedangkan yang satunya makannya selalu yang tidak enak. Ini bentuk pilih kasih yang mestinya tidak dilakukan.
Atau, disaat anda memiliki uang yang cukup untuk menyekolahkan semua anak anda di sekolah yang baik, anda hanya menyekolahkan salah satunya. Sedangkan yang satunya anda abaikan dan tidak anda perhatikan pendidikannya. Ini juga tentu saja tak boleh terjadi.
Begitu juga saat anda memberikan hadiah. Anak-anak yang senang diberi hadiah, mestinya tak dibedakan. Jika anda memiliki tiga anak, sebaiknya berilah tiga anak anda semuanya hadiah. Jangan membelikan salah satunya sementara disaat yang sama anda mengabaikan anak yang lain.
Hal-hal semacam ini jelas merupakan hal-hal yang ditampakkan dan tentu saja akan menimbulkan rasa tak adil diantara sesama anak anda.
Terkait dengan hal ini salah seorang sahabat Nabi Saw dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Bukhori dan Muslim dari Numan ibn Basyir ra. Pernah menegur ayah Numan yang hanya memberikan hadiah pada Numan namun tidak memberikannya pada anak yang lain, “Bertakwalah kepada Allah, dan bersikap adillah kepada sesama anakmu,” begitu pesan  Nabi Saw.

Akibat pilih kasih disertai kezaliman


Pilih kasih yang disertai kedzaliman akibat mengekspresikan perasaan cinta kepada salah satu anak secara berlebih ini sesungguhnya berpotensi menimbulkan banyak madhorot. Untuk itu, sebagai orangtua, sebaiknya perlu lebih berhati-hati dalam mengekspresikan kecintaannya pada salah seorang anak.
Ada beberapa dampak yang mungkin terjadi bila pilih kasih semacam ini dilakukan. Antara lain:

Pertama, muncul kebencian terhadap anak yang anda lebih kasihi


Hal ini adalah imbas yang hampir pasti terjadi. Anak yang lebih anda kasihi itu akan dimusuhi atau setidaknya dijadikan objek iri dari yang lain.
Tentu saja hal ini berbahaya, apalagi jika anak-anak yang diasuh orangtua itu semuanya masih tinggal satu atap. Seluruh anak-anak itu tentunya bertemu tiap hari.
Mungkin saja anak-anak yang lain tetap bersikap baik ketika ayah atau ibunya ada bersama, namun ketika ayah atau ibunya sedang tidak ada, anak anda yang lebih anda sayangi bisa jadi objek sasaran kebencian dan mendapat perlakukan yang buruk.

Kedua, muncul kebencian terhadap anda sebagai orangtua


Selain anak anda yang berpotensi dibenci, anda sebagai orangtua juga mendapatkan potensi yang sama. Bukan tak mungkin anda juga dibenci oleh anak anda sendiri yang merasakan bahwa apa yang anda lakukan adalah suatu kezaliman.
Apabila anda dibenci oleh anak, tentu ini sesuatu yang sangat buruk. Kata-kata, nasihat, dan berbagai arahan yang anda berikan akan sulit dipatuhi oleh anak anda. Anak anda sangat mungkin menganggap kebaikan-kebaikan yang anda serukan hanyalah omong kosong belaka yang tak perlu didengar dan diresapi terlalu dalam.
Belum lagi jika anda berpikir jangka panjang. Selepas anda tiada dan pergi meninggalkan dunia, anda juga bisa kehilangan potensi untuk didoakan oleh anak anda. Padahal, doa seorang anak, jika anak itu soleh, adalah salah satu amal jariyah yang tak akan terputus meski anda sudah meninggalkan dunia.
Apakah anda rela kehilangan potensi ini?

Ketiga, anda akan dimintai pertanggungjawaban


Jika pilih kasih itu anda ekspresikan dalam bentuk kezaliman, anda juga bisa jadi berpotensi mendapat dosa. Karena sesungguhnya kezaliman itu sesuatu yang dimurkai oleh Allah Swt.
Sikap zalim misalnya dalam bentuk mengabaikan hak-hak anak adalah hal yang tercela. Padahal, setiap anak adalah amanah yang hak-haknya harus berusaha anda penuhi secara maksimal tanpa terkecuali. Anda harus berusaha memenuhi seluruh hak anak selama ia masih ada dalam tanggungjawab anak anda.**
Sumber: Buku Fikih Pendidikan Anak karangan Syaikh Musthafa al-Adawy

Tinggalkan komentar