Salah satu hal yang paling sulit dilakukan oleh manusia pada umumnya, adalah konsisten dalam melakukan sesuatu yang baik. Salah satu hal yang baik adalah belajar. Dalam proses belajar, seringkali motivasi belajar itu tak tentu. Terkadang tinggi, namun sering juga rendah.
Belajar adalah kegiatan menambah pengetahuan, wawasan, informasi, juga pemahaman, untuk meningkatkan kualitas diri. Baik kualitas dalam berpikir, bertindak, dan melakukan suatu keterampilan. Dari pengertian ini, dapat dipahami bahwa belajar memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Namun, meski hampir atau bahkan semua manusia sudah mengetahui bahwa aktivitas yang satu ini sangatlah baik, pada faktanya, para pembelajar yang serius dan sungguh-sungguh jumlahnya tak lebih banyak ketimbang yang malas. Silakan kalian perhatikan di sekitar, dari seratus orang yang bersekolah dan tinggal di dekat rumahmu, berapa orang yang semangatnya didasarkan pada keinginan sendiri dan sangat sungguh-sungguh?
Memang yang namanya teguh dalam sesuatu yang bagus itu sangat sukar. Kalau kamu seorang muslim, munkin pernah mendengar apa yang dikatakan ustadz-ustadz, bahwa namanya istiqamah itu berat. Ya, tegak dan teguh dalam apa yang termasuk kebenaran itu tidaklah semudah yang dibayangkan.
Sumber Motivasi
Datangnya dorongan untuk melakukan sesuatu, termasuk untuk mencari ilmu, tentu ada sumbernya. Pada hakikatnya, dalam setiap perbuatan yang dilakukan, pasti ada sumber energi yang memunculkannya. Dari sebuah buku yang pernah Mimin bacanya, setidaknya ada beberapa sumber atau alasan yang memiliki daya untuk membuat orang mau dan mampu melakukan sesuatu.
1. Materi
Artinya, orang melakukan sesuatu karena ingin meraih hal-hal yang sifatnya material. Contohnya, uang, mobil, rumah, makanan, minuman, dan sebagainya.
2. Kemanusiaan
Manusia juga bisa berjuang keras melakukan banyak hal karena sebab pertimbangan ini. Contohnya karena marah, kasihan, kebencian, rasa sayang, takut, hingga benci. Itu semua memiliki kekuatan untuk mendorong manusia melakukan sesuatu.
3. Spiritual
Dimana seorang manusia bertindak semata-mata karena itu bagian dari penghambaan terhadp zat atau sosok yang di taqdiskan olehnya. Misalnya, Tuhan. Tidak ada kepentingan materi atau kemanusiaan didalamnya, yang ada semata-mata hanya menjalankan perintah atau menjauhi larangan dari Sang Maha Kuasa.
Ketiga sumber ini sama-sama memiliki daya pendorong. Hanya saja, mungkin berbeda kekuatannya. Mana sumber yang paling kuat? Lanjutkan saja membaca nanti akan terjawab dengan sendirinya.
Sebab Motivasi Belajar Turun
Idealnya, semua pasti ingin yang namanya dorongan itu tetap terjaga dan konsisten. Bagaimana tidak, yang namanya belajar itu adalah sesuatu yang sangat penting untuk kebaikan manusia dalam kehidupannya. Namun, ada kalanya ia turun.
Sebelum kita berupaya meningatkannya kembali, ada baiknya untuk mendiagnosa penyebabnya. Dalam teori kesehatan, sebelum memberi obat, pastikan ada kegiatan pelacakan terlebih dahulu tentang penyakitnya. Baru setelah jelas, bisa diberi obatnya.
Setidaknya, ada beberapa hal yang menjadi penyebab:
1. Sumber Motivasi Kurang Tepat
Sudah di jelaskan sebelumnya, ada setidaknya tiga sumber yang mampu menumbuh semangat untuk belajar. Materi, kemanusiaan, dan spiritualitas.
Jika kamu belajar di dorong oleh materi, maka sifatnya mudah punah dan hasilnya pasti sulit untuk maksimal. Misalnya, kamu sekolah semata-mata agar mendapatkan uang jajan, agar nanti dapat hadiah, dan sebagainya.
Dengan hal semacam itu, kamu memang akan bersemangat selama materinya masih ada. Namun, ketika misalkan kehidupan ekonomi keluargamu jatuh dan pemberian serta hadiah itu tak lagi jadi prioritas orangtuamu, maka semangatmu tentu akan turun seketika untuk belajar.
Dampak lainnya, kalaupun belajar, jika dengan alasan ini, kamu bisa jadi tak maksimal ketika di sekolah. Dalam pikiranmu, sudah cukup yang penting diberi uang jajan, toh orangtua tak tau apa yang dilakukanmu di sekolah. Hal yang terpenting adalah uangnya sudah didapat. Parah ya? Tapi ada kok.
Begitu halnya jika kamu belajar hanya karena dorongan yang sifatnya kemanusia. Misalnya, karena ingin dilihat pacar bahwa kamu rajin di sekolah, pengen kepuji sama guru-guru, karena kasian mamah atau bapakmu sudah capek-capek sekolahin, atau karena kamu marah kepada seseorang dan ingin membuktikan bahwa kamu hebat dihadapan sosok yang dibenci.
Itu semua memang bisa bikin semangat sih. Hanya, rentan juga membuat turun. Misalnya, ketika putus dari pacar, itu bisa bikin down. Ketika sudah caper sama guru namun ternyata sang guru tau motifmu hanya caper, bisa juga bikin gak semangat. Atau, ketika orangtua yang jadi motivasimu itu justru meninggal, ini juga bisa jadi salah satu faktor.
Dorongan materi dan kemanusiaan memang bisa bikin semangat, tapi memiliki titik lemah yang pada waktu tertentu berpotensi membuatmu merasa terpuruk dan malas lagi untuk belajar.
Hal yang paling tepat untuk dijadikan dorongan adalah alasan spiritual. Jika kamu belajar semata-mata itu didasari kewajiban yang diperintahkan Allah Swt, konsistensi belajarmu nantinya mungkin sama seperti ketika melakukan solat lima waktu. Dalam kondisi apapun akan dipaksakan, bahkan ketika sudah lulus sekolah atau kuliah juga terus berjalan. Toh, yang namanya belajar itu kan kewajiban sampai kalian renta dan wafat.
2. Pengaruh Lingkungan yang Toxic
Meski dorongannya udah pas, namun dalam perjalanannya bisa jadi dari faktor dari luar diri yang membuat semangat belajar ini luntur bahkan pudar. Nah, inilah yang disebut pengaruh buruk dari sekitar.
Tentu menjadi masalah yang besar lagi jika sumber energinya salah, eh dia juga hidup dan bergaul dengan banyak orang yang secara pengaruh membuatnya malas. Banyak kasus, orang baik berubah jadi buruk karena ia hidup di budaya buruk dalam jangka waktu yang lama.
Secara naluriah, emang sih yang namanya manusia itu sulit untuk tetap kokoh kalau berbeda dari kebanyakan. Lebih senang cari aman dan ngikut apa yang dilakuin oleh banyak orang.
Kamu yang misalnya sebelumnya sekolah di pesantren rajin baca Quran dan murajaah hafalannya sekalian, terus masuk ke sekolah yang isinya anak-anak begajulan. Kemungkinanya bisa dua: bisa membawa pengaruh baik untuk mereka, bisa juga sebaliknya. Tapi, yang banyak kejadian adalah sebaliknya.
Tak sedikit kasus yang malah jadinya merasa malu kalo sendirian dekat dengan Quran disaat man teman yang lain asik ngumpul sambil ngebulin asep rokok. Ngobrolin yang unfaedah atau bahkan nonton bokep rame-rame. Jadinya, bukannya malah bawa pengaruh yang baik justru malah ikut-ikutan.
Ini juga berlaku tentunya dalam kasus menuntut ilmu. Seorang penuntut ilmu ketika tinggal dan berteman dengan banyak orang yang males, maka pilihannya dua: bisa jadi bawa semanget ke yang lain, bisa juga malah jadi kebawa males. Faktanya gimana? Ya gak sedikit yang jadi kebawa males.
3. Salah Guru
Yang namanya menimba ilmu, tentulah ada guru. Sekarang coba liat guru-gurumu di sekolah, kira-kira apakah semuanya bikin kamu terjaga semangat belajar atau malah ada yang bikin males?
Mudah-mudahn sih semuanya bisa menjagamu. Tapi nyatanya, kadang ada juga guru yang bukannya membuat muridnya baik, malah membawa kesan buruk yang bahkan membuat anak didiknya gak punya dorongan untuk menuntut ilmu.
Misalnya, dengan cara jarang masuk ke kelas, ketika ke kelas tidak menyampaikan materi dengan baik, sering menghujat dan merendahkan peserta didiknya, dan sebagainya.
Murid yang benar-benar ikhlas mungkin saja tidak akan terpengaruh. Namun, jika dalam proses menuju ikhlas belajar, melihat pemandangan guru yang semacam itu membuat tidak betah duduk di kelas. Akhirnya, yang terjadi adalah merasa lebih nyaman diluar kelas dan meninggalkan pembelajaran.
Upaya dan Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Nah, untuk pembahasan di bagian terakhir ini, sebetulnya solusinya sangat bergantung dari masalahnya. Walhasil, upaya yang bisa dilakukan ketika motivasi belajar itu turun, gak bisa dilepaskan dari penyebabnya. Bagaimana penjelasannya?
1. Perbaiki sumber motivasi
Jika masalahmu di poin yang pertama, maka solusinya ada perbaiki itu. Jika misalnya selama ini kamu belajar dan pergi ke sekolah hanya untuk dapet uang jajan, maka jangan lagi seperti itu. Begitu juga karena ingin dikasih hadiah.
Tapi, bukan berarti kamu gak boleh menerima uangnya ya? Terima aja itu boleh. Tapi itu jangan dijadikan alasan utama kamu berangkat dan belajar ke sekolah yang karenanya jika tak diberi kamu jadi malas. Bukan seperti itu.
Begitu juga halnya kalau kamu selama ini sekolah itu hanya sekedar untuk membuktikan kepada orangtuamu bahwa kamu lebih hebat dari adik atau kakakmu, atau ingin pamer sama pacar tentang rajinnya dirimu, sebaiknya itu semua juga perbaiki deh. Itu hanya bikin kamu capek sendiri dan pada titik tertentu bisa membuatmu merasa down.
Yang harus dilakukan adalah menyadari bahwa kamu belajar itu alasan utamanya adalah semata-mata itu memang perintah dari Tuhan yang menciptakanmu. Belajar kamu, itu akan mempengaruhimu bukan hanya di dunia. Namun juga nasib di akhirat, apakah masuk surga atau masuk neraka? Ingat juga bahwa disana itu kekal.
Adapun alasan-alasan lain, boleh saja digunakan tapi bukan jadi yang utama. Ya sebatas alasan tambahan saja.
2. Kelola Lingkungan Sekitarmu
Toxic-nya apa yang ada di sekitarmu, bukan berarti kamu harus melenyapkan mereka semua yang jadi racun itu. Tetapi, sebagai manusia yang berdaulat atas pilihan hidupnya, kalian semua tentu bisa menentukan dan mengatur sendiri dengan kelompok manusia mana saja yang layak menjadi tempat kalian berinteraksi.
Bisa saja kalian tetap berteman dengan mereka yang sebetulnya memberikan hawa negatif. Namun, sebaiknya diseimbangkan juga dengan cara berteman dengan orang-orang yang membawa pengaruh positif. Ikut bergabung dan berkumpul dengan orang-orang yang kamu anggap memiliki kesamaan tingkat frekuensi belajar, akan membawa dampak yang baik dalam menjaga semangatmu.
Tentu saja, rasionya jika mampu memilih, ya harus lebih banyak berkawan dengan mereka yang pengaruhnya baik. Sebaliknya sebetulnya boleh saja, tapi itu pastinya beresiko melemahkanmu.
Bahkan jika mampu, teman-teman sekitarmu yang kamu anggap toxic itu diajak juga untuk menjadi baik. Ini jelas sesuatu yang lebih mantap lagi jika dilakukan.
3. Menemukan Mentor Atau Pembimbing
Mungkin iya, gurumu di sekolah banyak yang berpotensi membuatmu malas. Naasnya, kamu tak bisa menentukan guru mana yang berhak masuk di kelasmu. Itu sepenuhnya kemauan dan kebijakan kepala sekolah dan wakil-wakilnya yang menjadi penentuk kebijakan.
Sayang banget sih ya? Padahal, untuk berkembang menjadi lebih baik dan terjaga pada frekuensi yang bagus, manusia itu perlu bimbingan dan pembimbing yang mengarahkannya. Lantas, jika bukan guru, siapa lagi?
Ya kamu cari saja mentor lain yang bisa membantu membimbingmu. Misalnya ibumu, orangtuamu, kakakmu, atau kakak kelasmu. Jadikan itu sahabat yang kamu hormati. Mintai nasihatnya, mintai binaannya, mintai bimbingannya, sehingga semangatmu tetaplah sama.
Nah, demikianlah pembahasan tentang Motivasi Belajar : Sumber Datangnya, Sebab Turunnya, dan Upaya Meningkatkannya. Semoga bermanfaat ya!