7 Kesalahan Komunikasi Digital Murid Kepada Guru

Ketika di sekolah, hubungan guru dan murid gayanya memang beda-beda.
Ada yang layaknya sepasang teman akrab, ada yang sepasang bapak atau ibu dan anak, ada yang sepasang senior dan junior, ada yang sepasang bos dan anak buah, ada juga yang berujung pada hubungan sepasang kekasih selepas muridnya lulus sekolah.
Namun apapun itu, sebagai seorang murid, kamu gak berhak untuk men-judge cara guru berhubungan denganmu keliru sebelum kamu tau pertimbangannya mengapa guru tersebut demikian.
Mimin pernah punya seorang guru yang hubungannya dengan murid seperti komandan dan pasukan.
Kalau ngajar, guru ini gak pernah senyum. Suaranya juga nyaring dan menggelegar. Semuanya terdiam kalau belio ini menjelaskan. Hening dan memperhatikan. Kesan tegang dan takut terbangun.
Tapi, pada akhirnya ngerti kok. Dibanding materi-materi pelajaran yang lain, pelajaran yang dibawakan ibu yang satu ini termasuk yang paling nempel.
Ada juga guru lain. Ketika masuk liat mimiknya aja udah bikin ketawa. Gaya ngajarnya –mohon maaf- mirip Tukul Arwana kalau lagi bawain acara Bukan Empat Mata.

Mimik mukanya, pilihan kata yang digunakan, ceplas-ceplosnya ketika di tanya oleh murid, gesturetangan dan badannya, bikin saya ketawa kalo belio ini lagi ngajar.
Meskipun masuknya suka jam siang, tapi gak pernah ngantuk kalo jam pelajarannya.
Guru ini juga termasuk yang paling nempel pelajarannya.
Disini Mimin narik kesimpulan. Setiap guru punya cara komunikasi yang berbeda dengan muridnya. Namun, pasti ada motif atau alasan mengapa seperti itu.
Hal yang harus digarisbawahi, itu gak terlalu penting. Karena yang terpenting guru itu tulus dan serius memberikan pelajaran untuk bikin kita paham dan terus berproses dari waktu ke waktu.

Bagaimana Komunikasi Murid Kepada Guru?

Menyikapi berbedanya cara komunikasi guru dengan murid, lantas apa yang mesti kamu lakukan?
Sebagai murid, kamu tetap harus sadar bahwa guru tetaplah guru.
Meskipun ia banyak bercanda di kelas, sering kamu jadikan tempat curhat dan sebagainya, kamu harus tetap memosisikannya sebagai guru yang layak dihormati.

Bagaimanapun, secara umur mereka lebih tua. Secara ilmu tentu saja lebih tinggi. Kebaikanmu terhadapnya tentu juga tak sebanding dengan kebaikannya terhadapmu.
Untuk itu, kamu tetap mesti memerhatikan cara yang kamu gunakan dalam berkomunikasi.
Jangan sembarangan ketika menyapanya, jangan buang muka ketika ditegurnya, jangan juga menganggapnya teman sebaya yang kamu layak ngalengin tangan di pundaknya.
Perhatikan haknya sebagai guru sebagaimana mereka memerhatikan hakmu sebagai murid.
Apa yang perlu diperhatikan?
Pertama, bahasa yang digunakan tentu saja mesti santun.
Kedua, pilihan kata yang kamu sisipkan dalam setiap kalimat juga nggak boleh sembarangan.
Ketiga, gimmick wajahmu juga penting. Sebaiknya jangan pasang wajah menyon-menyon atau monyong seperti ngajak gelud.
Keempat, gesture tubuh tak boleh ketinggalan. Gerakan tanganmu, gaya badanmu, itu juga menunjukan seberapa jauh tingkat penghormatanmu terhadap guru.

Perubahan di Era Komunikasi Digital

Zaman kini telah berubah. Selain bertatap muka secara langsung, ada kalanya kamu harus berkomunikasi melalui media digital dengan gurumu.
Baik itu melalui whatsapp, pesan sms, mesengger facebook, line, dan sebagainya.
Apalagi, sekarang-sekarang ini lagi musim virus covid-19 yang membuat proses belajar dilakukan secara online dari rumah. Tentunya kamu sebagai murid akan banyak berkomunikasi dengan gurumu melalui media digital. Bener gak?
Nah, sesungguhnya, baik ketika tatap muka maupun melalui media digital, kamu juga tetap harus menunjukan sikap hormat kepada guru.
Ada adab-adab yang mesti dijaga. Supaya hubunganmu dengan guru-gurumu akur dan terjaga. Dengan demikian, tidak ada gurumu yang sebel dan dendam hingga mendoakan keburukan untuk hidupmu.
Wah, bahaya kalau gitu!

7 Kesalahan Komunikasi Digital Murid Kepada Guru

Manusia, konon adalah tempatnya salah dan lupa. Tapi, meskipun begitu yang namanya salah tetaplah salah.
Sehingga ketika berbuat salah, bukan berarti gak masalah dibiarkan terus dalam kesalahan. Akan tetapi,  perlu diingatkan bahwa itu merupakan kesalahan dan harus diperbaiki.
Nah, sepanjang Bapak jadi guru, sudah banyak bentuk komunikasi digital yang dilakukan oleh para murid. Terutama, melalui whatsapp.
Ada yang biasa-biasa saja, ada yang menunjukan kesopanan, dan ada juga yang menampakkan gak sopan.
Namun, prasangka baiknya, gak sopan itu hanya dalam penampakannya aja. Aslinya mungkin karena belum tau. Maka kalo berbuat salah gara-gara belum tau, itu selayaknya dimaafkan.
Hanya, gak cukup dimaafkan ya. Harus juga diberitahu.
Nah, untuk itu, ditulislah buku kecil ini untuk memberitahu bentuk-bentuk komunikasi digital yang salah antara murid dan guru. Apa saja itu?

Pertama, gak melihat waktu


Kesalahan pertama yang ditemukan adalah soal waktu. Ada banyak komplen dari guru yang menyampaikan bahwa murid-muridnya mengirim pesan whatsapp tanpa melihat-lihat waktu.

Misalnya, mengirim pesan menjelang tengah malam. Seperti yang satu ini contohnya:

Bahasa sunda. Terjemahan: Kalau rapot saya dikumpulkan kemana pak?

Coba lihat, pukul berapa anak ini ngirim? 22.52 men. Beberapa menit sebelum pukul 11 malam.
Bagi kamu yang masih jomblo dan belum berkeluarga, mungkin jam segitu waktu yang normal-normal saja untuk berkomunikasi.

Toh, kamu biasanya jam segitu emang masih bangun dan menyendiri sambil rebahan main gadget kan?
Atau, jam segitu adalah waktu kamu untuk berkeliaran karena memang kamu adalah penghamba kuota malam yang terkenal murah dan gratisan.
Tapi, kamu harus inget slur, guru kamu itu mayoritas udah berkeluarga. Punya real life yang berbeda dengan kehidupanmu.
Mereka juga adalah pekerja yang sudah lelah seharian mencari nafkah. Jam segitu, waktunya mereka istirahat atau bercengkarama dengan keluarga.
Kira-kira aja deh, kalau ada orang ngetok-ngetok pintu bertamu ke rumahmu jam 11 malem nanyain hal yang sebetulnya bisa ditanyain besok-besok, kira kira sopan gak tuh?
Atau bakal kamu kira orang yang mau maling? Atau pocong? Tuyul? Kuntilanak? Genderuwo? Hehe..
Tapi, masih bisa dimaklumi kalau misalnya kamu mengirim pesan tengah malam itu karna ada urusan yang sangat penting dan harus diselesaikan malam itu juga.
Tapi kalau masih bisa besoknya, ya besok aja. Hargai waktu gurumu.
Lalu, kapan waktu yang baik?
Setiap guru mungkin saja beda-beda ya. Maka yang paling baik kamu tanya langsung kepada gurumu, “Kapan ia biasanya senggang untuk dihubungi?’
Namun yang pasti, kalau mau aman, hindari berkirim pesan disaat malam, atau di atas maghrib. Karena secara keumuman, itu waktu yang disebut family time. Waktu untuk keluarga.

Kedua, tidak mengawali dengan salam atau salamnya gak baik

Hal lain yang ditemukan, ada juga yang mengirim pesan tanpa salam, atau salamnya disampaikan dengan cara yang aneh.
Bayangkan, kalau ada orang bertamu ke rumahmu lalu ia masuk tanpa mengucapkan salam dan langsung slonong boy. Apakah kamu akan menganggap orang itu sopan?
Mending sih kalau itu keluarga atau kerabatmu. Tapi kalau itu orang lain? Beda keturunan? Beda rumah? Atau orang yang belum kamu kenal secara dekat.
Selain itu, pastikan juga ucapan salamnya benar. Salam itu yang baik dan lengkap itu akan menjadi doa, memanjatkan agar yang diberi salam itu mendaptkan rahmat dan keberkahan.
Assalamualaykum wa rahmatullahi wa barakatuhu, artinya ‘semoga kamu diberi keselamatan, rahmat Allah, dan keberkahan dari-Nya”

Nah, kalau mikum itu doa bukan? Artinya apa? Ataukah itu salah satu jenis mi? Seperti miayam, mibaso?
Sebetulnya masalahnya bukan disitu sih.
Tapi boleh jadi guru kamu gak ngerti. Mikum itu mungkin bahasa anak muda yang orang-orang seumuran kamu saja yang bakalan ngerti.
Gimana kalau mikum itu kamu kirim ke gurumu yang sepuh? Itu nanti bisa jadi miskomunikasi. Gurumu bisa bingung nanti dan mikir macam-macam.
Nah, maka ucapkanlah salam dengan benar. Minimal assalamualaykum. Sukur sukur lengkap dengan warahmatullahi wa barakatuhu atau wr.wb.

Ketiga, gak izin dulu kalo mau telpon atau video call

Mengirim pesan tertulis berbeda dengan menelpon atau meminta video call dengan gurumu.
Saat mengiriman pesan tertulis, gurumu tak terganggu dan tak merasa dituntut membalas pesan tersebut secara langsung.
Hal ini karena biasanya notifikasi atau pemberitahuan untuk pesan tertulis itu bunyinya hanya sebentar. Bahkan umumnya tidak berbunyi karena menggunakan mode silent atau getar.
Beda banget sama panggilan suara atau panggilan video. Keduanya ini biasanya pemberitahuannya cukup mengganggu. Selama belum diangkat, HP gurumu akan terus berbunyi atau bergetar.
Padahal, bisa saja pada saat yang bersamaan gurumu sedang dalam kondisi yang tidak ideal untuk mengangkat panggilan. Maka mungkin saja kamu berpotensi itu dianggap mengganggu.


Nah ini contohnya tiba-tiba video call. Mendingnya, ini salah pencet. 
Kalau kamu dengan sengaja, wah itu terlalu.
Namun, bukan berarti gak boleh ya. Kamu boleh saja menelpon gurumu bahkan melalui video call agar maksud yang ingin kamu sampaikan lebih jelas.
Hanya saja, sebaiknya kamu izin dulu dan bertanya kepada gurumu, “Apakah saya boleh menghubungi ibu atau bapak melalui telpon atau video call? Jika boleh, kapan waktu senggang yang ibu atau bapak miliki? Saya ada perlu untuk menelpon ibu atau bapak.”
Ketika sudah dijawab, barulah kamu menelpon sesuai waktu yang dijanjikan. Ini adalah salah satu bentuk kamu menghormati gurumu.

Keempat, nge-gas dan ngancam guru

Dalam komunikasi langsung, kamu bisa menilai secara mudah dan jelas suasana hati lawan bicaramu. Apakah lagi bercanda, lagi marah, lagi sebel, atau lagi nge-gas?
Sebagai bentuk komunikasi yang baik, tentu saja kamu jangan sampai menunjukan sedang nge-gas. Itu gak sopan dan terkesan nantangin guru.

Bahasa Sunda. Terjemahan: pak ini dengan alpan kelas 10 TBSM 1 mau tanya kalau soal bahasa Indonesia ada contohnya gak pak soalnya saya tidak mengerti pak!


Contohnya kaya gini nih. Ini kaya lagi nge-gas slur! Kalem aja boy!
Kesan nge-gas itu didapat darimana? Itu dari tanda seru (!). Tanda seru dalam tata tulis salah satunya berfungsi untuk membentuk kalimat dengan makna perintah.
Salah satu kekurangan komunikasi tulis di media digital itu memang kita gak bisa menunjukan suasana hati kita secara langsung.

Nah, untuk menyiasatinya, kamu penting memerhatikan tanda baca. Tanda baca seru (!) itu rentan dimaknai lagi marah-marah, nyuruh, atau tadi itu; nge-gas.
Mudah-mudahan sih yang bersangkutan kaya gitu karena salah ketik ya. Mestinya tanda tanya malah jadi tanda seru. Mungkin ini emang sederhana, tapi dampaknya bisa jadi gak sederhana.
Ada juga yang lebih parah dari nge-gas. Yakni ngancem. Wah ini lebih-lebih lagi gak sopan. Contohnya kaya gini nih.
Bahasa Sunda. Terjemahan: Maaf pak kalau agak tidak jelas bicaranya (dalam video), soalnya dihafal. Nilainya awas pak tolong di kasih bonus.

Memang sih ada emotpermohonan maaf. Tapi coba liat, murid ini mengancam gurunya supaya nilainya dapat bonus. Seolah-olah, ia adalah pemilik sekolah dan anak sultan. Gilee.

Nah, ini gak boleh ditiru ya teman-teman.
Kecuali, maksudnya bercanda dan memang kamu sudah akrab dengan gurunya. Tentu juga itu juga disampaikan dengan baik, bukan dengan tata bahasa yang sembarangan.
Lagian, tanpa minta bonus, gurumu pasti ngasih nilai bagus kalau memang pekerjaanmu bagus kok.

Kelima, tidak memperkenalkan diri dengan baik

Hal lain yang juga harus kamu perhatikan adalah mengenalkan dirimu dengan baik. Ketika kamu mengirim pesan, mungkin saja gurumu belum menyimpan nomermu. Bisa juga, gurumu lupa kamu itu muridnya yang mana dan kaya gimana.
Maka dari itu, selain dengan salam yang baik, awali juga dengan perkenalan diri yang baik dan benar. Beri tau nama lengkap dan nama jelasmu.
Jangan tiba-tiba datang dan memberikan pertanyaan menohok seperti ini.

Nah ini sebenernya udah bagus. Pakai salam yang benar dan mengucapkan permohonan maaf jika mengganggu. Hanya saja, ia tidak memperkenalkan diri.
Sebaiknya, kamu juga sertakan namamu siapa? Jangan seperti ‘hantu’. Tiada identitas dan tak jelas.
Soalnya, gurumu di sekolah menangani ratusan murid dalam satu waktu.
Bisa jadi, karena keterbatasannya, mereka tak mampu mengenal seluruh muridnya satu persatu. Apalagi jika nama kamu populer dan banyak yang sama. Maka, kamu perlu mengenalkannya dengan nama yang lebih lengkap.
Selain nama, kasih tau juga kamu itu kelas mana. Karena bisa jadi namamu berikut kepanjangannya ada lebih dari satu orang di sekolah. Tentu saja, gurumu berpotensi bingun kalau ini kamu gak melakukan itu.
Ini dia contoh perkenalan diri yang lengkap.

Boleh dicontoh ya kaya gini. Ada salamnya, ada permohonan maafnya, ada juga identitas lengkapnya. Boleh ditiru.
Ini tentu nantinya gak bakal bikin bingung guru. Dengan kejelasan yang seperti ini, guru termudahkan. Mudah-mudahan ada kebaikan yang didapat olehmu nantinya sebagai murid. Aamiin-kan!

Keenam, tidak tau nama sebenarnya guru yang akan dihubungi

Semua gurumu pasti punya nama. Nama guru-gurumu itu pasti pemberian orangtuanya. Ada doa yang terselip dibalik namanya.
Maka dari itu, ucapkanlah nama gurumu itu dengan benar. Jangan sampai seperti ini.
Bahasa Sunda. Terjemahan: pak, ini dengan pak parhan bukan? maaf mengganggu

Nama Mimin adalah Farhan. Pakai ‘F’, bukan pakai ‘P’. Nama Farhan itu sudah didapakai 27 tahun lamanya. Maka, tuliskanlah dengan benar.
Untung saja Mimin gak baperan. Makanya dimaafkan dan dibalas muhun (benar).
Tapi, kalau kamu melakukan semacam ini kepada gurumu yang baperan, mungkin saja ia tersinggung karena namanya salah disebutkan.
Misalnya, ada guru yang namanya Paku kamu tulis Fakyu. Adi kamu sebut Ade. Budi kamu sebut Bodo. Rano kamu sebut Rani. Begitu juga yang lainnya.
Maka dari itu, pastikanlah nama guru yang akan kamu hubungi itu kamu ketahui dengan benar sebelum kamu menghubunginya. Jangan sampai salah. Oke?

Ketujuh, tidak bijak dalam menggunakan emoticon

Salah satu fasilitas yang bisa digunakan ketika komunikasi dilakukan secara digital adalah emoticon.
Ada beragam jenis emoticon yang bisa kamu gunakan. Mulai dari senyum, marah, nangis, ketawa, ketawa sinis, ketawa terbahak-bahak, ketawa cengengesan, semuamnya ada. Komplit.
Bahasa Sunda. Terjemahan: maaf pak ini dengan Anita Amelia mau mengirim foto KTP ke bapak.

Tentu saja, kamu boleh-boleh saja menggunakannya. Termasuk, memakai itu untuk mengirim pesan kepada gurumu.
Namun, kamu harus hati-hati juga. Apalagi, ketika kamu pertama kali mengirim pesan kepadanya. Jangan sampai, belum kenal tapi seolah-olah sudah kenal dekat.


Nah, contoh di atas, baru kenal sudah cengar-cengir. Sebagian guru mungkin saja ada yang maklum, tapi sebagian guru bisa jadi heran dan malah tersinggung.

Maka sebaiknya, untuk komunikasi pertama kali, hindari emoticon sejenis itu. Apalagi jika kamu belum tau betul karakter dari gurumu.

Tapi beda lagi misalnya kalau sudah kenal karakter guru tersebut atau bahkan akrab, kamu boleh saja menggunakannya.
Hal yang perlu kamu lakukan sebelumnya adalah memastikan bahwa gurumu gak bakal tersinggung atau merasa heran dengan emoticon semacam itu.
Kalau dalam penilaianmu gurumu orangnya serius dan gak suka bercanda, ya sebaiknya janganlah ya. Kecuali kalau gak demikian.
Kesimpulan
Kesimpulannya, kamu perlu lebih bijak dalam berkomunikasi dengan gurumu di dunia digital. Sebelum pesannya dikirim, kamu baca baik-baik dulu pesanmu itu.
Apakah sudah layak? Apakah akan bikin tersinggung guru? Apakah sopan? Semua pertanyaan itu harus dipertimbangkan.
Bukan apa-apa. Itu sebagai wujud penghormatanmu kepada guru yang mendidikmu. Bagaimanapun, guru wajib kamu hormati.

Tinggalkan komentar