Curahan Hati Seorang Guru


Cuaca begitu buruk. Hujan merintik cepat jatuh ke bumi. Petir menyambar di penjuru langit. Namun Umar Bakri tetap berjalan. Menggendong anaknya yang Ia lindungi sekuat tenaga dari berbagai gangguan yang datang. Dengan payung yang Ia genggam sekuat tenaga, berusaha hantarkan sang anak selamat sampai tujuan.

Ya, Umar Bakri. Itulah cerminan pendidik hakiki. Kini, seluruh penghuni negeri berharap banyak padanya. Bahkan terkadang nampak, bahwa tugas mendidik hanyalah tanggung jawabnya saja.
Sementara yang lain, kadang acuh tak peduli, bahkan memberikan ragam rintangan. Namun Ia tak goyah. Peluhnya, keringatnya, curah pikirnya, Ia terus tumpahkan untuk anak anak didiknya.

Naas, upayanya memang sangatlah berat. Bayangkan, tatkala Ia berupaya berikan pemahaman tentang pentingnya taat agama sebagai penjaga, lingkungan seringkali justru ajarkan anak didiknya untuk merobohkannya. 

Demikian halnya tatkala Ia berusaha tanamkan kepribadian mulia, keluarga sang anak tak jarang membiarkan buah hatinya rusak karena minim perhatian. Pun tatkala Ia tuntun anak didiknya untuk selamat sampai menuju surga, tak sedikit media yang memperberat jalan mewujudkan tekadnya.

Duhai, Para Guru. Begitu menyedihkan nasibmu. Betapa berat perjuanganmu. Hingga terkadang, aku melihat sebagian darimu menyerah. Takluk dan mengikuti apa yang dikehendaki zaman.

Menjadi pragmatis dan berhenti menjadi teladan yang menggenggam visi untuk selalu melakukan perbaikan demi perbaikan. Bahkan mungkin karena terlampau frustasi dengan keadaan, engkau lampiaskan emosi dengan menodai anak anak didikmu sendiri. Kondisipun semakin menjepitmu. Tatkala dunia mencerca saat itu. Kasihan.

Tugas Bersama, Bukan Hanya Guru

Pendidikan adalah sebuah proses. Proses membentuk kepribadian seorang anak manusia yang semula hanya makhluk tanpa pola, lalu tumbuh menjadi sosok mulia yang mampu menjaga diri dari berbagai cela, hingga kemudian menghiasi dunia dengan ragam prestasinya.

Sesungguhnya, berangkat dari pemahaman yang demikian, pendidikan sejatinya bukan hanya tugas seorang guru di sekolah. Bila tugas pendidikan hanya dibebankan pada guru di sekolah, agaknya sulit diharapkan muncul tunas tunas muda yang dapat bermekaran di masa depan. Mengapa demikian?

Untuk menjawabnya, kiranya penting untuk terlebih dahulu memahami, bahwa anak anak itu adalah manusia yang tak hanya hidup di sekolah. Mereka adalah makhluk yang berinteraksi dengan dunia dengan beragam lingkungan dan dinamikanya.

Hanya beberapa jam sehari saja sekolah menjadi tempat mereka tinggal. Selebihnya, mereka berjumpa dengan keluarganya, bermain dengan kawan sebayanya, berkhidmat dihadapan internet dan televisi yang ada dihadapannya, dan banyak hal lainnya.

Maka, rasanya tak bijak bila semua pekerjaan pendidikan hanya dipikulkan pada pundak guru seorang. Betapa beratnya tugas Guru bila demikian adanya.

Cobalah bayangkan, bila ada seorang Guru yang konsisten memberikan teladan dan kebaikan di Sekolah, sementara mereka yang berada diluar sekolah justru tak henti memberikan ‘teledan’ dan beragam keburukan, apakah mungkin tunas itu bermekaran? Mungkin. Tapi pasti tak pernah banyak jumlahnya.

Sungguh, tulisan ini bukanlah pledoi dari seorang mahasiswa yang berlabel calon guru. Tulisan ini hanya sekedar sebuah pengingat, bahwa cita cita pendidikan untuk mewujudkan manusia takwa dan berakhlak mulia bukanlah tugas guru seorang. Melainkan tugas berbagai pihak yang juga memiliki ruang interaksi mewarnai anak anak penerus masa depan. Perlu sinergi dan harmoni.

Siapa yang tak rindu dengan suatu masa, dimana anak anak bangun dengan perhatian serta nasihat orangtuanya. Kemudian pergi ke sekolah berjumpa dengan guru guru yang tulus mendidiknya.

Sepulang sekolah, mereka beristirahat sejenak dan menonton tayangan televisi yang baik. Tak ada pronografi dan beragam adegan yang membodohkan. Lalu, mereka bercengkrama dan berdiskusi dalam nuansa kelimuan bersama kawan kawan sebayanya. Tak lupa, mereka saling mengingatkan sesama tatkala ada yang nampak melakukan cela. Hingga pada gilirannya, mereka menciptakan karya karya besar yang berguna bagi keluhuran peradaban dunia.

Sesungguhnya keadaan yang demikian bukanlah angan dari seorang guruyang tak tampak mulia. Itu semua dapat diwujudkan secara nyata. Dengan perhatian semua pihak; baik sekolah, keluarga, pelaku media, lembaga negara, dan yang lainnya. Tentu seraya bertolak pada iman dan takwa sebagai jaminan atas tumpahnya cita cita keberkahan itu.”Dan sekiranya penduduk bumi beriman dan bertakwa, pasti akan Kami limpahkan berkah dari langit dan bumi..”(TQS;Al-A’raf;96).   

Tinggalkan komentar