5 Unsur Kebahasaan Teks Prosedur dengan Penjelasan Lengkapnya

Kompetensi dasar dalam berbagai bab pembahasan mengenai berbagai teks, kerap kali menyinggung persoalan tentang persoalan kaidah kebahasaan. 

Termasuk, dalam bab teks prosedur yang dibahas pada jenjang kelas 11 untuk level SMA/SMK dan sederajat. Berikut ini saya coba sedikit mengulas tentang unsur kebahasan teks prosedur.

Unsur Kebahasaan Teks Prosedur

Setidaknya, ada 5 unsur kebahasaan teks prosedur yang mesti dipahami. Apa saja? Berikut ini pembahasannya.

1. Banyak menggunakan kata kerja perintah atau kata kerja imperatif

Kata kerja dalam bahasa Inggris sama dengan verb. Bisa juga disebut verba. Kata kerja adalah kelas kata yang menunjukan tindakan, kebaradaan, pengertian dinamis, pengalaman, dan lain sebagainya. Dalam struktur kalimat atau klausa, umumnya berposisi sebagai predikat.

Adapun kata kerja imperatif adalah kata kerja yang bermakna perintah. Dengan kata lain, kata tersebut jika diungkapkan dalam sebuah kalimat, memiliki pesan untuk mendorong orang melakukan suatu hal. Baik untuk dorongan untuk melakukan sesuatu maupun melarang sesuatu.

Kata kerja imperatif ini biasanya merupakan kata berimbuhan. Imbuhannya ada diakhir. Akhiran yang dimaksud adalah –kan, -i, dan ­–lah.

Coba perhatikan kata-kata berikut ini:

Contoh 1

Kata dasar: Diam
Imbuhan: -lah
Kata berimbuhan: Diam + lah = Diamlah
Penjelasan: Kata diamlah menunjukan perintah yang mendorong orang lain untuk diam.

Contoh 2

Kata dasar: Kerja
Kata imbuhan: -kan
Kata berimbuhan: Kerja+kan= Kerjakan
Penjelasan: Kata kerjakan menyatakan perintah yang mendorong orang untuk mengerjakan sesuatu.

Contoh 3

Kata desar: Bumbu
Kata imbuhan: -i
Kata berimbuhan: Bumbu+i= bumbui
Penjelasan: Kata bumbui menyatakan instruksi untuk memberikan bumbu kepada orang lain

Tentu saja, banyak contoh lainnya yang dapat ditemukan. Kata-kata semacam ini lazim digunakan dalam teks prosedur karena memang karakter dari teks ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau penjelasan bagi orang lain agar dapat melakukan sesuatu.

2. Banyak menggunakan kata-kata teknis yang berhubungan dengan topik

Kata teknis adalah kata kerja yang berhubungan dengan bidang-bidang khusus yang digunakan dalam topik tertentu. Kata ini umumnya hanya familiar pada orang-orang tertentu yang menggeluti suatu bidang. Sementara bagi kalangan awam yang tidak menggeluti bidang tersebut, kata teknis akan terasa asing.

Contoh kata:

  • Bidang kesehatan: diagnosa, menyuntik, dan sebagainya.
  • Bidang teknik bangunan: mengelas, menembok, dan sebagainya.
  • Bidang kepenulisan: menyunting, merevisi, dan sebagainya.
  • Bidang sosial: melerai, mediasi, dan sebagainya.
  • Bidang yang lain bisa anda temukan sendiri. Tentu sangat banyak.

Contoh dalam kalimat:

  • Lakukanlah diagnosa kepada pasien sebelum memberikan obatnya.
  • Agar tersambung setiap unsurnya, sebaiknya terlebih dahulu anda mengelas potongan-potongan tiang tersebut.
  • Jika konflik belum reda, lakukan mediasi untuk mendamaikan keadaan.
  • Mengapa dalam teks prosedur seringkali muncul kata teknis? Karena topik yang dibahas dalam teks ini biasanya adalah perkara-perkara teknikal dan praktis dalam bidang tertentu.

3. Banyak menggunakan konjungsi bermakna penambahan

Konjungsi penambahan adalah kata penghubung yang biasa digunakan untuk menyambungkan dua atau lebih kalimat atau klausa dan memiliki makna penambahan. Penambahan disini maksudnya memberikan penjelasan tambahan terhadap kalimat sebelumnya.

Contoh konjungsi penambahan

  • Dan
  • Serta
  • Lagipula
  • Setelah itu
  • Disamping itu
  • Selanjutnya

Contoh penggunaan konjungsi penambahan dalam kalimat:

  • Tambahkan selai dan taburkan keju di atasnya.
  • Tarik nafas dalam-dalam. Setelah itu, keluarkan secara perlahan.
  • Tidak mengapa jika kamu tidak membawa motor ke sekolah, lagipula kamu belum memiliki SIM.
  • Aku tidak setuju karena aku merasa benar. Disamping itu, banyak orang yang sependapat denganku.

4. Banyak menggunakan pernyataan persuasif

Pernyataan persuasif adalah pernyataan yang bermakna mengajak. Dengan kata lain, ketika dinyatakan dalam suatu kalimat atau paragraf, orang yang membacanya akan merasa diajak untuk melakukan sesuatu.

Pernyataan persuasif ini memiliki kemiripan dengan kalimat perintah. Perbedaannya terdapat pada bentuk perintahnya yang tidak secara langsung atau terkesan memaksa. Dengan kata lain, instruksinya tidak tegas.

Coba perhatikan kedua kalimat ini:

  • Sebaiknya,simpanlah sampah di tempat sampah agar lingkungan tetap indah!.
  • Jangan buang sampah sembarangan!

Kalimat yang pertama adalah persuasif. Sedangkan kalimat yang kedua adalah kalimat perintah. Perbedaanya, yang pertama tidak to the point dan kesannya halus. Sedangkan yang kedua to the point dan langsung kepada apa yang ingin diperintahkan.

5. Memberi penggambaran rinci (termasuk jumlah, ukuran, dan warna) terhadap benda dan alat yang dipakai

Unsur kebahasaan pada poin yang kelima ini bersifat opsional dan tak selalu muncul. Kemunculannya hanya manakalateks prosedur yang dibahas berbicara tentang resep atau petunjuka penggunaan alat tertentu.

Misalnya, ketika teks berbicara tentang petunjuk penggunaan mesin cuci. Maka, isi teksnya umumnya akan menggambarka secara rinci dan detail komponen dari mesin cuci yang dibahas. Mulai dari ukuran, warna, dan detail-detail yang lain.

Begitu juga ketika teks mengangkat topik tentang membahas resep makanan. Setiap benda (dalam hal ini komponen dalam pembuatan makanan), lazimnya dirinci jumlahnya berpa, ukurannya bagaimana, dan sebagainya.

Contohnya dalam kalimat berikut ini:

  • Ambil tiga siung bawang putih. Lalu iris tipis-tipis.
  • Tambahkan satu sendok teh gula.
  • Masak hingga warna bumbu merah pekat.

Penjelasan: tiga siung adalah perincian jumlah, tipis-tipis adalah perincian ukuran, satu sendok teh perincian jumlah, merah pekat adalah perincian warna.

Nah, demikianlah pembahasan mengenai unsur kebahasaan yang ada dalam teks prosedur. Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia.

Tinggalkan komentar