Kalimat Efektif : Pengertian, Syarat, Ciri, berikut Contohnya

Sebelum membahas kalimat efektif, izinkan Saya bertanya, apakah kalian sudah paham dengan apa yang dimaksud dengan kalimat? Pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan kalimat adalah sesuatu yang sangat penting untuk bisa memahami kalimat yang efektif. Bisa dibilang, ini semacam pondasi.
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kat atau gabungan kata yang bisa berdiri sendiri dan menyatakan suatu makna yang lengkap. Dengan kata lain, tidak semua gabungan kata layak disebut sebagai kalimat. 
Coba lihat gabungan kata dibawah ini:
  • Bakso budi bandung mengeong
  • Bebek makan minum gendong loncat

Dua contoh diatas hanyalah gabungan kata. Meskipun jumlah katanya ada empat, namun bukan merupakan kalimat. Mengapa? Karena tidak bermakna apa-apa dan tidak mencerminkan suatu pemikiran utuh.
Berbeda dengan yang ini:
  • Ibu makan
  • Ayah tidur siang

Berbeda dengan dua contoh ini. Keduanya termasuk kalimat meski hanya terdiri dari dua dan tiga kata saja. Mengapa bisa demikian? Karena keduanya menunjukan suatu makna utuh. Dalam artian, orang yang membacanya dapat memahami apa yang dituliskan dalam pikirannya.
Kalimat, seminimal-minimalnya, mesti memiliki dua hal. Yakni subjek dan predikat dan strukturnya. Sementara komponen lain semisal objek, keterangan, dan pelengkap, itu perannya hanya untuk memperjelas. Tanpa ketiganya, suatu kalimat tetap dapat dikatakan kalimat.

Pengertian Kalimat Efektif

Membuat kalimat sangatlah mudah. Selama manusia memiliki pikiran dan dapat mengekspresikannya dalam bentuk lisan atau tulisan, ia pastilah mampu untuk menyusun kalimat. Namun sayangnya, tak semuanya bisa membuat kalimat yang efektif. Untuk membuatnya, ada hal-hal yang mesti dipahami dan dipraktekan.

Kalimat efektif adalah kalimat yang tepat guna. Dengan kata lain, kata-kata dan berbagai unsur bahasa yang menjadi penyusunnya memiliki peran dan kegunaan yang tepat dalam kalimat sesuai dengan kaidah kebahasaan yang berlaku. Baik dalam tinjauan struktur maupun tanda bacanya. Sehingga pesan yang disampaikan dalam bentuk lisan maupun tulisan dapat sampai dengan sebaik mungkin.
Jika diibaratkan permainan sepakbola, sebuah tim sepakbola dapat dikatakan bermain efektif manakala setiap pemain menjalankan peran dan kegunaannya dengan baik dan benar, sehingga tujuan untuk memenangkan pertandingan tercapai. Permainan tim sepakbola dapat dikatakan tidak efektif manakala ada anggota tim yang tidak menjalankan perannya sebagaimana mestinya, atau ada yang terlalu banyak mengambil peran orang lain sehingga menghambat tim meraih kemenangan.

Syarat kalimat efektif

Suatu kalimat dapat disebut efektif manakala memenuhi empat persyaratan berikut. Apa saja itu?

1. Memerhatikan kesesuaiannya dengan PUEBI

PUEBI adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Dulu, orangn mengenal EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan. Namun, kini istilah EYD sudah diganti dan disempurnakan oleh PUEBI, sehingga pijakan untuk menilai apakah suatu ejaan itu benar atau salah ditentukan kesesuaiannya dengan PUEBI.
Pedoman yang dibahas meliputi berbagai cara pengejaan. Mulai dari penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, huruf miring, dan sebagainya. Nah, aturan-aturan yang berlaku tersebut mesti diikuti sebagai salah satu syarat efektif.
Hal yang paling umum, dalam penulisan kalimat adalah diawali dengan kata berhuruf kapital dan diakhiri tanda baca titik. Jika apa yang kamu tulis ingin dinyatakan layak sebagai sesuatu yang efektif, maka itu harus dipatuhi.
Contoh :
  • Aku ingin menjadi dokter. Ayahku menyetujui cita-citaku. Maka dari itu, aku menjadi lebih semangat.

Coba perhatikan ketiga kalimat di atas. Semuanya diawali huruf kapital dan diakhiri tanda baca titik bukan?

2. Memerhatikan sistematika kalimat

Kalimat terdiri dari rangkaian kata atau frasa yang masing-masing memiliki fungsi dan perannya tersendiri. Secara umum, ada lima fungsi yakni subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
Pada dasarnya, tidak ada keharusan semua fungsi itu berurutan dan pengurutan penggunaannya bersifat baku. Hanya saja, penggunaannya yang berurutan dan tersistem, misalnya dengan urutan Subjek – Predikat – Objek – Keterangan atau Subjek- Predikat- Pelengkap, itu cenderung akan mempermudah orang untuk memahami pesan yang disampaikan dlam sebuah kalimat.
Namun seminimalnya, sistematika yang lazim untuk memudahkan orang memahami kalimat adalah berdampingannya subjek dan predikat. Fungsi lain seperti keterangan, boleh saja berada di awal kalimat. Hanya saja, harus memerhatikan tanda baca koma.

3. Tidak bermakna ganda atau banyak (ambigu)

Syarat yang lain adalah tidak memiliki makna yang ambigu, alias membingungkan. Jika kalimat itu memiliki makna ganda, bersayap, atau banyak, maka potensi pesan dari kalimat itu untuk sampai menjadi berkurang.
Orang malah akan cenderung bingung ketika membacanya. Contohnya kalimat ini: Rakyat kecil berdemo di depan gedung DPR.
Maknanya berpotensi memiliki dua tafsiran. Pertama, rakyat yang badan atau tubuhnya kecil sedang berdemo. Kedua, rakyat kecil dalam arti konotatif yang berarti masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah.

4. Tidak bertele-tele dan boros dalam penggunaan kata

Kalimat efekif juga mensyaratkan kata-kata yang digunakannya tidak boros. Boros artinya mengeluarkan sesuatu untuk hal yang tidak perlu. Demikian juga dalam konteks kalimat. Kalimat yang boros adalah yang menggunakan atau mengeluarkan kata-kata yang sebetulnya tidak dibutuhkan kalimat.
Alih-alih menjadikan kalimat itu bagus, keberadaannya justru malah membuat orang pusing dan sibuk terhadap hal yang tidak perlu.Maka pastikan susunan pesan yang ingin di ekspresikan dalam kalimat dibuat dengan padat namun tetap jelas.

Ciri-ciri kalimat efektif

Untuk mengidentifikasi suatu kalimat itu efektif atau tidak, maka diperlukan pemahaman mengenai ciri-ciri dari kalimat efektif. Kemampuan semacam ini sangat penting jika kalian ingin bekerja dalam berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan tulis menulis. Termasuk di dalamnya sebagai penyunting tulisan.
Sebelum sebuah tulisan dipublikasikan dan dikomersialisasikan, perlu dilakukan proses reviu dan revisi agar dapat diterima masyarakat dengan baik. Berikut ini ciri-ciri kalimat efektif.

1. Logis atau masuk akal

Akal berfungsi untuk mencerna dan menyerap makna-makna dan pesan-pesan yang diterima melalui proses membaca dan menyimak. Kadangkala, anda mungkin menemukan orang yang menyampaikan atau menuliskan sesuatu, lalu akal anda tak mampu memahaminya dengan baik.
Nah, hal tersebut bisanya karena kalimatnya tidak logis alias tidak masuk akal.
Contoh:
  • Yang BAB/BAK harap disiram,

Apakah ada yang salah dari kalimat di atas? Kalimat tersebut mungkin cukup familiar bagi anda yang sering bepergian dan menyimpang di toilet umum. Biasanya di tempel di kamar mandi. Tepatnya di atas kloset tempat membuang air kecil dan air besar.
Jika resapi, sesungguhnya kalimat semacam itu tidak logis. Coba pikirikan, siapa mesti disiram? Kotoran hasil dari buang airnya atau orang yang kencingnya? Kalau dilihat dari kalimatnya, maka pesannya adalah bahwa yang disiram itu adalah orang yang kencing.
Sayangnya, disana ada kata disiram. Artinya, mesti ada yang menyiramkan. Lantas, siapa yang bisa menyiramkan sementara di kamar mandi biasanya hanya sendirian? Disinilah ketidaklogisan kalimat tersebut.
Contoh lain:
  • Untuk mempersingkat waktu, marilah kita mulai acara ini.

Pertanyaannya, bagaimana cara menyingkat waktu? Apakah masuk akal jika waktu itu disingkat? Bukannya waktu itu sudah ada ketetapannya? Sehari 24 jam, satu jam 60 menit, satu menit 60 detik, dan seterusnya.

2. Hemat kata

Ciri lain yang umumnya dapay menjadi indikator keefektifan sebuah kalimat adalah kehematannya dalam menggunakan kata. Dengan kata lain, tidak ada kata-kata yang tidak perlu dan tidak memiliki manfaat dalam penggunaannya.
Prinsip hemat kata ini sebenarnya bersifat fungsional. Dalam tulisan bergenre sastra, mungkin saja pemborosan kata akan menjadikan suatu kalimat lebih bagus. Hanya saja, dalam konteks lain yang lebih luas, seperti dalam penulisan artikel, berita, opini, esai, dan berbagai teks resmi, maka ini harus diperhatikan.
Contoh tidak hemat:
  • Aku sarapan pagi dengan nasi telur.

Contoh hemat:
  • Aku sarapan dengan telur.

Kata sarapan sudah bermakna makan pagi, sehingga tidak diperlukan lagi kata pagi untuk mengiringinya. Sehingga, penggunaan kata pagi malah akan membuat kalimat menjadi tidak hemat.
Contoh tidak hemat:
  • Para hadirin sekalian yang hadir di tempat ini dimohon duduk.

Contoh hemat:
  • Hadirin dimohon duduk.

Kata para, sekalian, yang, hadir, di, tempat, dan ini, adalah pemborosan. Mengapa demikian? Karena semuanya tidak diperlukan dan sudah diwakili oleh kata hadirin. Hadirin sendiri maknanya adalah seluruh orang yang hadir di tempat.


3. Memiliki kesejajaran bentuk

Kalimat yang efektif juga umumnya memperhatikan kesesejaran bentuk. Dengan kata lain konsisten dan menimbang keparalelan bentuk yang dipilih dalam kata-kata yang termuat dalam kalimat.
Misalnya, jika digunakan imbuhan me- dalam sebuah kalimat, maka kata-kata lain yang membutuhkan imbuhan juga menggunakan imbuhan yang sama.
Contoh yang benar:
  • Aku perlu mendidik, membina, dan mengawasimu.

Contoh yang salah:
  • Aku perlu mendidik, pembina, dan pengawasmu.

Kasus lain, ketika menggunakan perincian kata yang menunjukan kata bermakna tempat, maka seterusnya juga berbicara tempat. Dalam skala yang lebih mikro, jika tempat yang dimaksud nama kota, maka mesti konsisten juga dengan rincian setelahnya yang hanya berbicara kota.
Contoh yang benar:
  • Ia pernah pergi ke Bandung, Pontianak, dan Padang.

Contoh yang salah:
  • Ia pernah pergi ke Australia, Majalaya, dan Boyolali.

Nah, demikianlah pembahasan tentang kalimat efektif mulai dari pengertian, syarat, hingga ciri-ciri yang disertai contohnya. Semoga dapat membantu membuka cakrawala dan pemahaman kalian yang membacanya.

Tinggalkan komentar