Teks cerita sejarah adalah teks yang dibahas di kelas 12 SMA, SMK, dan sederajat untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Teks ini dibahas setelah usai pembahasan tentang surat lamaran pekerjaan. Dengan kata lain, yang dibahas kedua di semester 1.
Membahasa teks yang satu ini mestinya merupakan hal yang menarik. Pasalnya, berbicara sejarah, berarti berbicara berbagai warna dalam kehidupan yang pernah terjadi. Di dalamnya terdapat berbagai hal yang bisa diambil serta dipetik untuk kepentingan hidup saat ini atau masa mendatang.
Mungkin dengan alasan itu juga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Tim Penyusun Kurikulum untuk pelajaran bahasa Indonesia menjadi cerita sejarah sebagai salah bab yang mesti dibahas oleh siswa dan siswi Indonesia.
Tentunya, diharapkan generasi penerus ini menjadi generasi yang melek sejarah dan menjadikan sejarah sebagai salah satu rujukan dalam memutuskan berbagai persoalan yang dijumpai dalam kehidupannya.
Teks Cerita Sejarah
A. Pengertian Teks Cerita Sejarah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita diartikan sebagai tuturan yang membentangkan proses mengenai bagaimana terjadinya suatu peristiwa ataupun kejadian. Tentu saja, tuturan yang dimaksud disini dapat bersifat lisan dan dapat juga bersifat tulisan.
Sedangkan sejarah, merupakan kejadian atau peristiwa yang benar-benar pernah terjadi dimasa lampu. Dengan kata lain, cerita di masa lalu. Di mulai dari kemarin, kemarin lusa, seminggu yang lalu, sebulan lalu, setahun lalu, puluhan tahun lalu, hingga berabad-abad lalu.
Jika kita olah, maka didapat bahwa yang namanya Teks Cerita Sejarah adalahteks yang berisi tentang proses mengenai terjadinya peristiwa yang berlangsung di masa lalu.
Inilah definisi yang sederhana dan mudah untuk dipahami. Silakan dicatat.
B. Ciri Teks Cerita Sejarah
Mengenai ciri yang terdapat dalam teks cerita sejarah ini, setidaknya ada beberapa hal:
1. Faktual
Isinya merupakan suatu fakta peristiwa. Bukan imajinasi atau hasil fantasi manusia. Oleh karena itu, kisah-kisah yang terdapat dalam dongeng, mitos, dan berbagai cerita yang sama sekali tidak bisa dibuktikan kebenarannya, tidak terkategori dalam teks yang kita bahas.
2. Hasil Reproduksi Cerita
Ketika membicara suatu sejarah yang terjadi dalam kehidupan manusia, yang menyaksikannya bisa jadi lebih dari satu orang. Sehingga, penulisnya juga bisa jadi lebih dari satu.
Bahkan, lebih dari itu, bisa jadi generasi setelahnya menuliskan atau memproduksi kembali cerita sejarah berdasarkan kesaksikan-kesakian penulis terdahulu dengan berbagai pengolahan yang diceritanya.
Sehingga banyak sekali para penulis cerita sejarah sesungguhnya hanya menulis ulang (rewrite) apa yang pernah diceritakan. Mungkin yang menjadi pembeda terkadang pada kemasannya, gaya bahasa, hingga sudut pandang yang digunakan.
3. Berkisah Tentang Kehidupan Manusia
Setiap teks yang berisi cerita, apalagi jika cerita tersebut adalah cerita yang berbasis pada kenyataan, pasti memiliki tokoh. Dengan kata lain, sosok yang dikisahkan sebagai pelaku dalam peristiwa atau kejadian yang diceritakan. Termasuk, dalam cerita sejarah.
Bedanya, dalam teks yang sedang kita bahas dalam kesempatan kali ini, tokohnya pastilah dalam bentuk manusia. Mengingat sejarah selalu berhubungan dengan manusia. Meskipun yang diceritakan adalah sebuah virus, hewan, atau hal yang non-manusia, namun selalu berhubungan dengan manusia tertentu.
Berbeda dengan cerita-cerita yang bergenre fiksi, dimana tokohnya bisa saja makhluk jadi-jadian atau rekaan. Tak melulu manusia dan mesti berhubungan dengannya.
4. Memiliki Pola Kronologis
Karakter kronologis ini sebenarnya bukan karakter khas cerita sejarah. Hanya saja, ini ciri dari setiap tulisan yang termasuk cerita. Umumnya, bersifat kronologis. Dengan kata lain, proses penceritaannya dilakukan secara berurutan, atau ada alurnya.
Mengenai alur ini, memang bisa beragam. Kita tahu, ada yang namanya alur maju, alur mundur, dan alur campuran (maju-mundur). Namun, dalam teks ini, biasanya yang digunakan adalah alur maju. Pembabakan cerita dilakukan dari jarak waktu kejadian yang paling lama menuju kejadian yang paling baru.
C. Struktur Teks Cerita Sejarah
Sebagaimana teks-teks pada umumnya yang dipelajari dalam pelajaran bahasa Indonesia, teks sejarah ini juga memiliki struktur sendiri. Jika diperhatikan, strukturnya nampak tak berbeda jauh dengan apa yang dimiliki oleh teks-teks lain yang bergenre cerita. Berikut strukturnya.
1. Orientasi
Orientasi adalah pengenalan dari sebuah cerita. Biasanya menutukan gambaran peristiwa secara umum. Terutama, mengungkap kejadian apa yang akan diceritakan. Disertai dengan informasi-informasi dasar mengenai latar kejadian secara umum. Baik latar waktu, tempat, maupun suasana.
Contoh orientasi tentang Covid 19:
Covid-19 pertama kali ditemukan kasusnya di daerah Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada akhir tahun 2019. Kasus tersebut mulanya tak begitu menggemparkan. Namun, penyebarannya yang cepat lama-kelamaan membuat banyak orang khawatir dan menaruh perhatian.
2. Urutan Kejadian atau Peristiwa
Bagian yang kedua adalah urutan kejadian atau peristiwa. Disini, penulis teks ini menyampai cerita sejarahnya secara kronologis agar orang yang membaca atau menyimaknya dapat memiliki gambaran yang baik tentang apa yang diceritakan. Kisah diungkap dari awal kejadian secara runut.
Contoh Urutan Kejadian:
Ketika pertama kali muncul, Pemerintah Indonesia mulanya nampak menyepelekan virus ini. Beberapa pernyataan dari pejabat terkait dengan nada-nada guyon dan menyepelekan sempat keluar dari mulutnya. Seperti dari Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto.Namun, hal itu perlahan berubah ketika dijumpai kasus yang pertama pada tanggal 2 Maret 2020. 2 orang warga Indonesia saat itu terbukti telah mengidap Covid-19. Sejak itu, warga mulai menaruh perhatian. Termasuk tentunya jajaran pemerintahan.
3. Reorientasi
Reorientasi adalah pengenalan ulang cerita secara umum disertai dengan pandangan penulis terhadap cerita yang dikisahkannya. Bagian ini adalah bagian yang paling akhir dalam struktur teks cerita sejarah. Hanya saja, posisinya bersifat opsional. Dengan kata lain, bisa muncul dan bisa tidak muncul.
Dalam bagian ini, penulis teks dapat menuliskan pelajaran atau hikmah yang didapatnya untuk dibagikan kepada orang lain. Meskipun mungkin orang lain memiliki cara penilaian berbeda terhadap peristiwa yang dikisahkannya, namun pembuat teks memiliki otoritas untuk memberikan penilaian tersendiri.
3. Contoh Reorientasi
Kisah masuk dan meluasnya Covid-19 ke Indonesia menunjukan bahwa sudah sepatutnya negara ini mengambil pelajaran di masa depan. Bahwa tidak semestinya kita meremehkan setiap penyakit yang berpotensi menjadi wabah di kemudian hari. Diperlukan langkah yang antisipatif untuk menanggulanginya.
D. Fungsi Teks Cerita Sejarah
Setiap teks tentu saja memiliki fungsinya tersendiri. Dengan alasan itu pula maka teks tersebut dipelajari. Termasuk dengan teks yang sedang kita pelajari pada kesempatan kali ini. Ada beberapa fungsi yaitu berikut ini:
1. Fungsi Edukatif
Fungsi edukatif maksudnya bahwa dengan membaca atau menyimak peristiwa sejarah, akan ada informasi, wawasan dan pengetahuan yang didapat. Berbagai hal tersebut lantas dapat menjadi bahan untuk mengingkatkan kualitas dan kapasitas manusia dalam menjalani kehidupannya.
2. Fungsi Inspiratif
Fungsi inspiratif maksudnya bahwa dengan melakukan kegiatan pembacaan atau pendengaran terhadap kejadian sejarah, dimungkinkan akan ada proses interpretatif. Dimana berbagai hal yang didapat diambil makna-makna dan nilai yang terkandung di dalamnya.
Walhasil, nilai-nilai tersebut dapat diolah dan dijadikan pelajaran ataupun inspirasi yang mendorong terciptanya hal-hal yang bersifat kreatif dan inovatif. Ada sebagian orang yang menjadikan timeline sejarah sebagai landasan analisis dalam merumuskan kebijakan atau arah untuk masa mendatang.
3. Fungsi Rekreatif
Fungsi rekreatif maksudnya adalah bahwa dengan menyimak atau membaca teks ini, dimungkinkan hati juga menjadi senang. Ada efek kebahagiaan yang di dapat sehingga menjadi pelepas stres atau kegundahan. Tentu saja ini sangat bergantung pada topik yang diangkat.
E. Ciri Kebahasaan Teks Cerita Sejarah
Setiap teks memiliki ciri kebahasaan tersendiri. Mengenai bagaimana pola penyajian penulisnya dalam melakukan delivery pesan yang hendak disampaikan. Termasuk, teks yang satu ini. Ada ciri kebahasaan tertentu yang perlu anda ketahui dari teks yang satu ini.
1. Menggunakan Kata Kerja Material (Verba Material)
Verba material, adalah kata kerja yang memiliki fungsi untuk menunjukan suatu kegiatan yang menggunakan kerja fisik dalam melangsungkannya.
Sehingga orang yang membacanya menangkap bahwa ada kegiatan-kegiatan tertentu yang dilakukan oleh tokoh dengan fisiknya dalam sebuah cerita.
- Contoh kata kerja material: Menulis, menembak, menghampiri, membaca, mengarahkan, mengejar, berpidato, berlari, dan sebagainya.
* Bung Tomo berpidato di atas podium untuk menyemangati rakyat yang mulai terbakar semangatnya.
* Masyarakat Bandung kala itu membakar tanah tempat tinggalnya dalam peristiwa Bandung Lautan Api.
2. Menggunakan Frasa Adverbial
Frasa adverbial adalah frasa (gabungan dua kata atau lebih dalam satu fungsi kalimat), yang fungsinya adalah menunjukan keterangan sifat tertentu. Biasanya dilabelkan kepada tokoh atau subjek yang dibahas dalam suatu teks.
- Contoh Frasa Adverbial: Sangat pawai, kurang terpelajar, tidak bahaya, hampir musnah, lebih tampan, dan sebagainya.
- Contoh kalimat dengan Frasa Adverbial:
* HOS Cokroaminoto adalah tokoh yang sangat piawai dalam membangun semangat untuk berjuang dikalangan murid-muridnya.
* Wabah Covid 19 dulu dianggap tidak bahaya, namun sekarang berubah menjadi sangat bahaya.
3. Menggunakan Pronomina
Pronomina adalah kata ganti yang memiliki fungsi untuk menggantikan kata benda atau nomina.
Sebenarnya, pronomina ini banyak jenisnya. Ada kata ganti nomina orang (persona), pemilik, penanya, petunjuk, penghubung, dan kata ganti tak tentu. Hanya saja, yang sering muncul dalam teks sejarah adalah kata ganti persona atau kata ganti orang.
Hal ini dapat dipahami, karena cerita sejarah berpusat pada penceritaan kehidupan manusia atau orang. Sehingga agar penggunaan nama orang itu tidak disampaikan secara berulang, maka dibutuhkan kata ganti.
Sebenarnya, pronomina persona ini juga juga ada rinciannya. Ada kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga. Nah, yang sering muncul dalam teks ini adalah yang pertama atau yang ketiga.
- Contoh Pronomina Persona:
Orang pertama: Aku, saya, gue, ane, dan sebagainya.
Orang ketiga: Dia, beliau, ia, mereka, dan sebagainya.
*Nabi Muhammad Saw adalah Nabi terakhir. Beliau diberikan banyak mukjizat.
*Hamka adalah sosok tokoh nasional yang multitalenta. Dia hebat sebagai dai dan ulama sekaligus dikenal juga sebagai penyair.
4. Menggunakan Konjungsi Temporal
Konjungsi temporal merupakan kata hubung yang fungsinya menyambung klausa atau kalimat dalam urutan waktu atau peristiwa tertentu.
Ciri yang satu ini memang kelaziman sebagai ciri dari teks dengan genre cerita. Apalagi, yang mensyaratkan pola kronologis atau berurutan dalam pembentangan ceritanya.
- Contoh Konjungsi Temporal: Lalu, setelah itu, kemudian, setelahnya, selepas itu, dan sebagainya.
* Hujan tiba-tiba turun. Setelah itu, aku menghubungi Kakak di rumah untuk menjemputku.* Setelah habis tak bersisa pasukan yang bersembunyi di balik barak, kemudian ia kembali pulang ke markasnya.
F. Contoh Teks Cerita Sejarah
1. Contoh Teks Cerita Sejarah Covid 19
Penyebaran Covid 19 di Indonesia
Orientasi
Covid 19 yang kini menjadi penyakit yang benar-benar mewabah. Hampir seluruh tanah di muka bumi disentuhnya. Tidak terkecuali Indonesia. Hingga bulan Agustus 2020 saat tulisan ini dibuat, pengidapnya sudah mencapai lebih dari seratus ribu orang dari berbagai provinsi yang berbeda-beda.
Urutan Kejadian
Virus ini bermula dari penemuan kasus yang awalnya dikira Pneunomia biasa di wilayah Wuhan yang terletak di provinsi Hubei, Negara Cina. Tepatnya pada 31 Desember 2019. Setelah ditemukan pertama kali, esoknya pihak berwenang di Cina langsung menutup pasar yang saat itu diduga kuat sebagai tempat asal muasal virus. Hingga setelah serangkaian penelitian, mereka menetapkan bahwa virus tersebut adalah virus corona baru pada 7 Januari 2020.
Mulanya virus ini hanya menyebar di wilayah Wuhan saja. Hingga pada 22 Januari, ratusan orang dinyatakan terinfeksi virus yang satu ini. 17 diantaranya bahkan tewas. Pemerintahan Wuhanpun saat itu segera menerapkan lockdown dengan menutup berbagai akses transportasi untuk meminimalisir penyebaran.
Pada awal kemunculannya, Pemerintah Indonesia nampak kurang perhatian dengan apa dan menganggap remeh. Pada 2 Maret, Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto bahkan menyatakan bahwa virus ini bisa sembuh sendiri, sehingga tak perlu heboh luar biasa. Hal itu dinyatakannya ketika baru saja ditemukan kasus pertama di Indonesia.
Pada tanggal 11 Maret 2020, ditemukan kasus kematian pertama. Yakni pasien yang dirawat di Rumah Sakit Sanglah yang ada di Bali. Sejak itu, kewaspadaan terhadap virus yang satu ini semakin meningkat. Baik dikalangan pemerintah maupun warga di berbagai wilayah.
Tanggal 16 Maret, diterapkan kebijakan belajar di rumah. Siswa yang tadinya berangkat normal ke sekolah harus mengubah cara belajarnya dengan pola Pembelajaran Jarak Jauh. Bahkan, dampak hal ini, UNBK ditiadakan dan tidak menjadi patokan kelulusan.
Pada tanggal 10 April, Jakarta menetapkan dirinya sebagai wilayah yang pertama kali melangsungkan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar. PSBB ini merupakan alternatif lockdown yang diterapkan di beberapa negara di luar Indonesia. Dengan kebijakan ini, gerak masyarakat terutama antar daerah dibatasi.
Pemerintah juga menyosialisasikan protokol kesehatan. Mulai dari penggunaan masker, anjuran cuci tangan, hingga seruan untuk menjaga jarak. Semua dilakukan untuk menekan angka penyebaran Covid 19.
Namun, nyatanya ketegasan pemerintah dan kesadaran masyarakat Indonesia belum cukup. Dari watu ke waktu pengidap virus ini terus bertambah. Begitu juga dengan angka kematiannya. Berbagai kebijakan dan cara pelaksaannya tidak cukup untuk membuat virus ini mereda. Bahkan, menjelang akhir Agustus.
Reorientasi
Fenomena Covid 19 ini memang sangat merepotkan. Namun, disisi lain ada pelajaran yang dapat diambil dari rangkaian peristiwa ini. Diantaranya adalah tentang kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi hal-hal tak terduga. Selain tentu saja, ini mengingkatkan kesadaran atas kekuasaan Allah Swt yang Maha Esa.
2. Contoh Teks Cerita Sejarah Pribadi
Kisah Suksesku Menjadi Wirausaha Muda
Orientasi
Namaku Hasan. Aku pernah mengalami berbagai fase peristiwa dalam kehidupan yang membuatku menjadi seorang pengusaha sukses sekarang. Mungkin saja kalian dapat berdecak kagum tatkala melihatku di usia 22 tahun kini sukses dengan penghasilan puluhan rupiah setiap bulannya. Namun, kalian mesti tau sejarah dibaliknya.
Urutan Kejadian
Aku terlahir dari keluarga yang sangat miskin untuk ukuran sekarang. Rumahku di tengah hutan. Bapakku adalah seorang buruh di perkebunan Kelapa Sawit, sedangkan ibuku hanyalah ibu rumah tangga dengan anak lima. Aku sendiri adalah anak yang pertama.
Ketika menginjak masa SD, aku memang sekolah. Namun, tak seperti anak sekolah kebanyakan, aku harus merangkap tugas juga dengan bekerja membantu ayahku menjadi buruh kebun. Padahal, untuk sekolah saja sudah cukup lelah. Jarak tempuh antara sekolah dengan rumahku sekitar 2 kilometer. Aku melaluinya dengan berjalan kaki.
Semangatku tak surut meski tentu ini sangat melelahkan. Sehingga kemudian, ketika menginjak SMP, aku semakin terbiasa dengan dua kegiatan sekaligus. Belajar dan mencari uang. Bedanya, ketika SMP aku mulai berpikir agak kreatif.
Agar tidak begitu lelah, aku meminta untuk berhenti menjadi buruh tani. Namun aku bilang kepada ayahku, bahwa aku akan berjualan membawa jajanan-jajanan ringan ke sekolah. Aku pikir ini lebih efektif karena akan menghemat tenaga.
Di saat itulah jiwa wirausahaku mulai tumbuh dan terlatih. Setelah itu, beragam produk usaha telah aku coba untuk pasarkan. Aku mencoba untuk tidak fokus pada satu barang, namun melihat kebutuhan yang dimiliki oleh teman-teman sekolah.
Hingga sejak kelas 2 SMA, aku bisa membiayai sekolahku sendiri. Bahkan sesekali menambah penghasilan orangtuaku. Aku juga bisa membantu merenovasi rumah dan memberikan jajan adik-adikku.
Apa yang aku lanjutkan berlanjut hingga masa kuliah. Berkat usaha, doa, dan semangat yang diberikan orangtua, usahaku semakin maju. Ketika kuliah, aku menjadi suplier alat-alat tulis ke berbagai tempat fotokopi yang ada di sekitar kampus. Dengan bisnis ini, aku bisa menghasilkan puluhan juta rupiah setiap bulannya.
Reorientasi
Dari kisahku ini, aku berpesan agar teman-teman yang kini hidupnya tidak begitu beruntung dari aspek ekonomi untuk tidak menyerah. Tetaplah semangat dan ambil setiap peluang ketika itu datang menghampiri.
Keterangan: Ini bukan cerita saya pribadi, tapi contoh saja bahwa penulisan cerita sejarah pribadi itu semacam ini, mirip auto biografi.
3. Contoh Teks Cerita Sejarah Perang
Kisah Perang Diponogoro
Orientasi
Perang Diponogoro adalah salah satu perang yang tercatat dalam lintasan sejarah Indonesia. Sebagian orang menyebutnya dengan sebutan Perang Jawa. Peristiwa ini terjadi antara tahun 1825 hingga 1830 masehi diberbagai wilayah yang ada disekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur. Melibatkan pasukan pimpinan Pangeran Diponogoro melawan para penjajah Belanda.
Urutan Kejadian
Perang ini bermula dari rasa geram Pangeran Diponogor terhadap berbagai kezaliman yang dilakukan oleh Penjajah Belanda tatkala measuk dan berusaha menguasai tanah airnya. Saat itu, pemerintahan yang masih bernama Hindia Belanda itu melakukan eksploitasi yang berlebihan kepada rakyat. Dengan cara memasang patok-patok lahan dan menetapkan pajak tinggi yang menyiksa rakyat.
Hal ini membuat banyak rakyat yang merasa tertindas. Dari sini, Pangeran Diponogoro lama-lama muak dan melakukan perlawanan sebagai bentuk pembelaaan untuk membebaskan rakyat dari tekanan penjajah Hindia Belanda.
Apa yang menjadi itikad dari Diponogoro ini disampaikan secara luas dan mendapat dukukungan publik. Banyak yang simpati dan menyatakan siap terlibat. Selain demi rakyat, motif peperangan ini juga didasarkan semangat Jihad fi Sabilillah, karena Diponogoro juga menyebut perangnya sebagai perang sabil dan bentuk perlawanan untuk menghadapi orang-orang kafir.
Banyak tokoh besar di pulau Jawa bergabung dibawah kepemimpinan Panglima Diponogoro. Termasuk dari kalangan pejnguasa setempat dan para ulama yang dikenal kharismatik dan memiliki banyak umat yang dapat digerakkan. Seperti Kiai Madja dan Sentot Alibasha.
Perang ini berlangsung sengit. Pasukan Diponogoro menggunakan taktik gerilya yang merepotkan pasukan Hindia Belanda. Markasnya berpindah-pindah dan tidak tetap sebagai bagian dari strategi. Diponogoro juga membagi pasukannya dalam sistem batalyon. Setiap batalyon ini dibekali dengan senjata api berserta dengan pelurunya yang dibuat di hutan.
Pasukan Hindia Belanda mengalami berbagai kegagalan. Termasuk kegagalannya pada serangan besar-besaran yang dilakukan paa 9 Juni 1826. Begitu juga dalam serangan lainnya. Seringkali Belanda menjumpai markas yang hendak diserang itu kosong karena taktik yang cemerlang dari Sang Pangeran.
Bahkan, dalam beberapa pertempuran, Pasukan Diponogoro mengalami kemenangan-kemenangan. Seperti dalam pertempuran Oktober 1826 di daerah Gawok.
Namun, Hindia Belanda menggunakan berbagai cara licik untuk melumpuhkan Diponogoro. Seperti dengan melakukan sayembara berhadiah 50.000 gulden dan hadiah tanah untuk memancing banyak rakyat pribumi berkhianat dan menangkap saudaranya sendiri.
Bahkan, lumpuhnya Diponogor juga disebabkan kelicikan mereka. Hinda Belanda melumpuhkan Diponogoro dengan menangkapnya setelah melakukan berbagai negosiasi yang kental dengan tipu muslihat untuk melemahkan Diponogoro pada tahun 1830.
Reorientasi
Perang Diponogoro menunjukan bahwa identitas sejati dari generasi pejuang terdahulu adalah anti penindasan dan penjajahan. Mereka siap sedia untuk mengusahakan apa yang dimiliki untuk melakukan pembelaan terhadap kebenaran. Pertanyaannya, bagaimana dengan kita?
Sumber:Wikipedia.
Demikianlah pembahasan tentang Teks Cerita Sejarah mulai dari pengertian, struktur, ciri, fungsi hingga contoh-contohnya. Semoga bermanfaat.