Ada beberapa kemungkinan buruk yang bisa jadi timbul sebagai dampak dari pembelajaran jarak jauh sebagaimana yang beberapa bulan belakang ini dilakukan akibat masa pandemi yang masih terjadi.
Diantaranya adalah proses penyerapan pemahaman yang terhambat, potensi miskomunikasi, serta kejenuhan yang melanda para siswa. Disinilah kemudian guru mesti pandai menyusun strategi. Salah satunya dengan menyiapkan media pembalajaran di masa pandemi yang efektif.
Apa yang dimaksud media pembelajaran efektif?
Secara sederhana, efektif itu tepat sasaran, baik dan benar, sehingga sesuai dengan apa yang direncanakan. Maka dalam konteks pembelajaran, yang dimaksud efektif itu tentunya yang sesuai dengan siswa sebagai sasaran dalam kegiatan pendidikan.
Dengan kata lain, media yang ketika digunakan sesuai dengan kebutuhan siswa. Berbagai tujuan dari aktivitas guru bisa sampai dengan baik dan siswa menerimanya dengan penuh kerelaan dan kesadaran.
Jenis Pembelajaran Jarak Jauh
Sebelum menentukan media mana yang hendak dipakai, anda harus merefleksikan terlebih dahulu, kegiatan pembelajaran jarak jauh mana yang diterapkan oleh sekolah tempat anda mengajar? hal ini karena pembelajaran jarak jauh ada jenisnya. Jenis ini dapat menjadi patokan untuk menentukan media mana yang akan digunakan.
1. Luring ( luar jaringan)
Pembelajaran jarak jauh luring atau luar jaringan maksudnya tidak memanfaatkan jaringan internet. Dengan kata lain, prosesnya bersifat tradisional. Tidak membutuhkan smartphone, kuota, dan berbagai aplikasi modern yang canggih.
Media yang mungkin digunakan dalam jenis luring ini sebenernya cukup banyak. Diantaranya:
- Siaran radio
- Siaran televisi
- Buku teks
- Modul
- Lingkungan sekitar sebagai media belajar
2. Daring (dalam jaringan)
Pembelajaran jarak jauh daring atau dalam jaringan maksudnya adalah proses belajar yang didalamnya memanfaatkan jaringan internet. Baik guru maupun murid, membutuhkan dan memiliki ketergantungan terhadap perangkat yang memadai berikut dengan kuotanya.
Daring ini juga ada pembagiannya.
Pertama, full daring
Seluruh proses belajar yang dilakukan, semuanya benar-benar tergantung pada internet. Mulai dari pembukaan, pemberian tugas, penyampaian materi, dan sebagainya. Sepanjang prosesnya, guru dan murid mesti sama-sama terhubung dengan jaringan internet. Sehingga memakan kuota yang tak sedikit.
Contoh yang jenis ini, jika anda menggunakan media semisal aplikasi video conference semacam zoom, webex, skype, dan sebagainya.
Kedua, semi daring
Dalam semi daring, tidak sepenuhnya kegiatan bergantung dengan internet. Melainkan ada kombinasi diantara keduanya. Sehingga tidak secara penuh dalam dua jam pelajaran misalnya, guru dan murid menghabiskan kuotanya. Akan tetapi, ada jeda dan kombinasi didalamnya.
Misalnya, pembelajaran yang memanfaatkan media whatsapp group. Dimana disana tak sepenuhnya siswa harus online. Ketika guru memberikan tugas, siswa bisa juga mengerjakannya secara offline. Lalu online lagi ketika tugasnya sudah selesai.
Penyesuaian Dengan Tipe Belajar Anak
Setelah anda menjawab poin tentang jenis pembelajaran jarak jauh yang diterapkan, selanjutnya ada perlu berempati dengan keadaan siswa anda. Berdasarkan teori yang mungkin anda juga sudah ketahui, tipe belajar anak itu bermacam-macam kan?
Media pembelajaran yang digunakan selama proses belajar sebaiknya berbeda di setiap pertemuan. Dengan mengakomodir berbagai tipe belajar anak yang berbeda-beda. Dimana anak anda mungkin ada yang memiliki tipe belajar visual, tipe belajar auditori, dan tipe belajar kinestetik.
Dalam pembelajaran jarak jauh, sebenarnya setiap tipe belajar memiliki pilihan media yang cukup variatif. Persoalanya adalah, bagaimana guru mengeksplorasi pilihan-pilihan yang ada.
1. Media visual
Media visual adalah media yang menjadikan indera penglihatan sebagai alat sensor utama dalam proses pencerapan informasi. Visual disini baik berupa gambar, teks, maupun simbol-simbol. Dimana pada intinya, siswa meggunakan indera penglihatannya.
Contoh yang dapat digunakan antara lain modul, slide powerpoint, media cetak, blog, artikel dalam format pdf atau ms word, dan banyak lagi.
2. Media audio
Media audio adalah media yang menjadikan indera pendengaran sebagai alat sensor utama dalam kegiatan mencerna informasi. Dengan kata lain, yang dihasilkan dan diberikan kepada siswa itu dalam bentuk suara.
Contoh yang dapat dipakai oleh guru juga tak kalah banyak sebagaimana yang visual. Misalnya ada voice note whatsapp, alat perekam suara, siaran radio, handytalky, hingga aplikasi pembuat podcast semacam aplikasi anchor yang dapat di unduh secara gratis di playstore.
3. Media kinestetik
Media kinestetik adalah media yang menampilkan penjelasan dan informasi dalam bentuk gerakan-gerakan. Mungkin saja didalamnya ada kombinasi antara audio dan visual juga, namun porsi utamanya ada pada produk yang menghasilkan gerakan. Audio dan visual hanya latar yang melengkapi saja.
Diantara yang bisa digunakan untuk membuat media semacam ini adalah aplikasi tik tok, pembuat video tutorial, atau game animasi, dan yang lainnya.
4. Media audio visual
Media audio visual adalah media yang memaparkan materi dengan merangsang optimasi indera penglihatan dan indera pendengaran siswa sekaligus. Umumnya dalam bentuk video. Baik yang disajikan dengan jaringan internet maupun yang tidak.
Contoh yang dapat digunakan adalah televisi, video, youtube, dan berbagai aplikasi yang memungkinkan tampilan video bersuara. Dengan media ini, orang yang bertipe belajar audio dan tipe belajar visual dapat terakomodir sekaligus dalam satu waktu.
Dua pertimbangan yang tak boleh dilewatkan
Selain mempertimbangakn tipe belajar anak, ada dua pertimbangan lain yang juga tak boleh untuk dilewatkan oleh anda selaku guru. Apa saja itu?
Pertama, keterjangkauan
Masalah keterjangkauan artinya mesti dilihat, media apa yang kira-kira bakal bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh seluruh siswa?
Didaerah perkotaan dengan tingkat ekonomi siswa yang menengah ke atas, tak masalah anda mengirimkan tugas dengan media-media audiovisual semacam menyuruh untuk menonton youtube.Jika semua siswa dapat mengaksesnya, tentu bagus-bagus saja.
Namun, lain halnya jika anda mengajar di daerah yang kemampuan terhubung dengan internetnya lemah. Anda tak bisa seenaknya melakukan hal semacam itu. Anda perlu berpikir menggunakan media yang lebih hemat dalam penggunaan kuota agar seluruh murid anda dapat mengaksesnya secara penuh.
Tentu lain pula jika tempat anda mengajar adalah daerah terpencil dengan akses sinyal internet buruk, apalagi listrik masih terbatas. Jangan pula memaksakan media yang memerlukan jaringan internet.
Kedua, terkendali
Maksudnya, anda mesti menjawab, apakah anda mampu mengendalikannya secara optimal dalam batas waktu dan kemampuan yang wajar?
Jangan sampai media yang anda pilih justru merepotkan anda. Sehingga untuk membuatnya anda perlu begadang dan menghabiskan terlalu banyak waktu sehingga anda mengabaikan berbagai hal yang lebih prioritas. Padahal, posisi media bagaimanapun juga adalah alat bantu.
Untuk itu, anda perlu menyesuaikan diri dengan mencari media yang dapat anda kendalikan tanpa harus bekerja ekstra. Selain mencari, anda juga bisa meluangkan waktu untuk belajar teknologi-teknologi terkini yang memberikan wawasan untuk membuat hal-hal yang lebih praktis.
Nah, demikianlah pembahasan tentang media pembalajaran di masa pandemi yang efektif. Mudah-mudahan ada manfaatnya ya!