Malas adalah penyakit manusia. Bukan hanya bisa diidap oleh siswa, namun anda yang kini berprofesi guru dapat juga terkena virus yang satu ini. Termasuk, sangat mungkin anda sebagai guru malas mengajar.
Malas adalah suatu kondisi dimana anda kehilangan semangat untuk melakukan sesuatu. Keadaan ini mengakibatkan keinginan untuk melaksanakan suatu perbuatan menjadi lemah bahkan tidak ada sama sekali. Walhasil, apa yang mestinya dilakukan menjadi tidak dilakukan.
Tentu saja, pada akhirnya, kemalasan ini akan mengakibatkan anda mengabaikan suatu tanggung jawab; dalam hal ini mengajar. Dalam bahasa agama, itu terkategori prilaku tidak amanah atau khianat. Dalam sebuah hadits, hal semacam ini dapat digolongkan sebagai tanda-tanda dari sifat munafik.
Lantas, apa yang menyebabkan itu terjadi? Anda perlu mengetahuinya agar anda dapat mendeteksi, memohon ampun pada Sang Maha Kuasa, serta berubah menjadi lebih baik. Setidaknya, ada 5 penyebab guru malas mengajar.
1. Jenuh
Jenuh atau bosan, bisa membuat anda malas melakukan sesuatu. Umumnya, kejenuhan ini diakibatkan intensitas tinggi terhadap aktivitas yang berulang.
Sebagai seorang guru, anda tentu saja berpotensi besar untuk merasakan hal ini. Maklum saja, dari hari ke hari, waktu ke waktu, kegiatan anda di sekolah sangat mungkin sama. Itu-itu saja. Pada titik tertentu, bisa jadi anda menjadi malas untuk datang ke sekolah.
Solusi dari kejenuhan adalah mencoba variasi kegiatan baru, termasuk dalam mengajar. Cobalah terbuka dan belajar hal-hal yang sebelumnya belum pernah dipelajari lalu aplikasikan kepada murid anda. Mungkin itu akan sedikit membantu agar kegiatan anda tak membosankan.
Selain itu, cobalah untuk melakukan kegiatan lain selain mengajar. Lakukan hal yang menjadi hobi dan kesenangan anda. Tentu saja, dengan tetap meperhatikan batas kewajaran dan aturan agama.
2. Tidak menguasai materi pelajaran
Sebab lainnya, bisa jadi karena guru tidak menguasai materi. Dalam satu mata pelajaran yang diampunya, mungkin tidak semua bab ia kuasai. Terlebih lagi bab-bab yang baginya baru sebagai dampak dari perkembangan zaman atau perubahan kurikulum.Sementara di waktu kuliah, bahasan itu sama sekali tak dipelajarinya.
Lebih tragis lagi manakala guru dibebankan tugas mengajar di pelajaran yang bukan spesialisasinya. Ini bisa terjadi karena di sekolah kekurangan guru, atau guru tersebut mengejar ketercapaian banyaknya jam.
Akhirnya, daripada memilih masuk kelas dan menjelaskan sesuatu secara terbata-bata dan membungungkan murid, guru ini lebih baik memberikan tugas dan tidak masuk ke dalam kelas. Lalu pada saat yang bersamaan ia berbagi kebingungan dengan para siswanya.
Sebetulnya, ini dapat disiasati dengan belajar. Guru mesti mau untuk merendahkan ‘diri’ dengan belajar lagi sebagaimana murid-muridnya. Dan memang hal inilah yang mestinya dilakukan. Sehingga ketika materi dikuasai, tentu kepercayaan diri untuk masuk ke kelas akan meningkat.
3. Salah orientasi
Meski menjadi guru itu termasuk kegiatan mencari uang atau nafkah, tapi ia adalah pekerjaan yang berbeda dengan buruh pabrik. Di dalamnya, ada poin lebih, yakni bahwa guru adalah bagian dari pekerjaan yang menuntut spirit ibadah bahkan dakwah.
Maka, jika guru hanya berpikir bahwa pekerjaannya adalah soal mendapatkan uang, pada banyak kesempatan ia akan merasa malas. Ia hanya mau mengajar ketika gaji lancar, hanya mau masuk kelas jika dapat gaji tiga belas, dan sebagainya.
Padahal disaat yang sama, siswa dan para wali menaruh harapan besar dan tidak banyak yang mau tau dengan persoalan kantong guru. Toh, mereka juga umumnya sudah mengeluarkan uang untuk bayaran dan perlengkapan siswa.
Tentu saja yang lebih parah adalah ketika gaji lancar-lancar saja, tapi mengajarnya malas-malasan. Sebagai guru, tentu selayaknya berpikir seimbang antara hak dan kewajiban. Serahkan urusan pemberian hak kepada mereka yang berhak, sedangkan sebagai guru fokus kita adalah menjalankan kewajiban.
4. Banyak hutang
Faktor lain yang mungkin menjadi sebab malas mengajar adalah terlalu banyak beban yang anda pikul diluar kegiatan anda sebagai pengajar. Contohnya; hutang.
Persoalan hutang ini konon merupakan hal yang sulit dipisahkan dari kehidupan guru. Apalagi, jika hutang yang dimaksud adalah hutang dengan cara yang ribawi. Umumnya ini membuat hati menjadi tidak tenang.
Alih-alih berpikir meningkatkan kualitas pembelajaran, guru bisa berpotensi terjebak hanya memikirkan bagaimana caranya melunasi hutang. Mulai dari menutup lubang dengan hutang baru, berbisnis, dan berbagai upaya kejar setoran lainnya yang menyita pikiran dan tenaga. Walhasil, siswa menjadi korban dan terbengkalai.
Solusinya bagaimana? Solusinya berpikir berkali-kali sebelum berhutang. Pikirkan tingkat urgensi dan keterdesakannya untuk segera dilakukan. Jika hanya untuk melampisakan keinginan, untuk pamer, atau meningkatkan gengsi, alangkah baiknya dihajar dengan rasa sabar.
5. Punya pekerjaan sampingan
Sebetulnya, tidak salah jika guru memiliki pekerjaan sampingan yang menghasilkan. Normal-normal saja. Namun, ini dapat berpotensi membuat guru malas mengajar manakala ia tak mampu mengatur skala prioritas.
Baca juga: Guru Punya Pekerjaan Sampingan, Bolehkah?
Jika anda memiliki pekerjaan sampingan, anda juga mesti paham bahwa pekerjaan itu tak menghapus kewajiban-kewajiban yang melekat kepada anda selama anda masih tetap menjadi guru. Sehingga, tidak selayaknya muncul alasan tidak mengajar karena sibuk dengan pekerjaan sampingan anda.
Aktivitas diluar mengajar anda tentu akan membuat anda mendapat tambahan penghasilan. Namun patut diingat, anda juga mengeluarkan energi tambahan untuk itu. Dan, energi untuk mengajar serta melakukan kegiatan sampingan itu harus tetap sama-sama optimal.
Maka sedari awal, pilihlah pekerjaan sampingan yang menunjang dan memiliki kemungkinan untuk dikerjakan tanpa harus mengganggu aktivitas utama anda sebagai pendidik.
Nah, demikianlah 5 penyebab guru malas mengajar. Mudah-mudahan bermanfaat dan dapat dipetik pelajarannya walau sedikit.