Baik teman-teman, pada kesempatan kali ini, Saya selaku pengelola blog Mata Pendidikan ini ingin berbagi pengalaman, bagaimana proses saya lolos tes CPNS. Mulai dari SKD, SKB, orientasi, prajabatan sampai dapat SK.
Sebelumnya, izinkan memberitahu, bahwa sejak kuliah di Jurusan Pendidikan (2011-2015), saya tak berpikir untuk kelak menjadi guru. Apalagi, jadi guru PNS. Karena saya tau waktu itu, gaji guru itu ‘kecil’. Makanya, walaupun kuliah di jurusan pendidikan, niat saya adalah ingin menjadi pedagang, atau bahasa mewahnya bussines man. Hehe..
Tapi ya memang begitulah nasib. Konon, dalam hidup, tak selalu keinginan itu bisa diwujudkan. Begitu juga dengan saya. Selama jadi merintis jadi pedagang sejak masih kuliah, usaha saya mandeg terus. Bukan hanya mandek, bahkan beberapa kali nyungseb. Defisit.
Berbagai macam produk dan brand saya pernah buat. Mulai dari jualan cilok (aci dicolok), jualan sejadah, jualan kerudung, jualan gamis, jualan makaroni, jualan tahu pedas, jualan tela singkong, semuanya dicoba.
FYI, sebenarnya, selain dagang, sejak lulus kuliah tahun 2015 saya juga masih mengajar. Saat itu, niat saya ngajar lebih ke menghargai orangtua saja sih. Sudah membiayai kuliah dengan biaya yang tak sedikit, saya pikir tak etis juga jika saya gak sama sekali ngajar. Walau, perhatian utama saya sebenernya ke bisnis sih. Ngajar saya anggap sampingan aja. Toh kerjanya hanya 2-3 hari, dan itupun tidak full time. Meski profesionalitas tetap dijaga.
Tapi ya walaupun fokus dan tenaga saya lebih banyak diarahkan ke bisnis, tapi ya tadi, gak ada tanda-tanda keberhasilan. Dalam beberapa waktu, bahkan saya nangis dengan keadaan yang ada. Mewek depan istri. Kok ya gagal mulu? Apa yang harus dilakukan? saya seperti berada di titik yang sangat rendah saat itu dalam aspek ekonomi. Ini terjadi awal atau pertengahan Tahun 2018. Saya lupa pastinya.
Tak berselang lama, ibu saya mengirim pesan whatsapp yang isinya menginformasikan akan ada pembukaan tes CPNS. Saya sebenarnya sudah tau, tapi karena tidak berminat, saya tidak dalami informasinya. Namun, karena yang mengirim ibu saya, maka saya akhirnya mau membaca dan mendalami informasi itu.
Disana, hati saya mulai goyah. Yang tadinya masih ingin berjibaku di dunia bisnis, merasa seperti ingin membuka ruang untuk putar haluan. Saya berpikir, ibu saya mengirimkan pesan Whats App tersebut karena beliau mengharapkan saya untuk ikut dan lebih baik jadi PNS ketimbang dagang. Lalu saya juga komunikasikan dengan istri. Istri juga mendukung.
Singkat cerita, akhirnya saya mendapaftar tes CPNS juga pada tahun 2018 untuk formasi Guru Bahasa Indonesia di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Itu adalah tes yang pertama bagi saya. Walaupun pada tahun 2017 juga ada, dan ibu saya mengirimkan infonya juga kalau gak salah. Tapi saat itu bisnis saya sedang dalam posisi tidak nyungseb, jadi saya mengabaikannya kala itu. maafkan ya rabb..
Pengalaman tes SKD (Seleksi Kompetensi Dasar)
Tahap pertama dalam proses menjadi PNS adalah tes SKD. Saya ingat, waktu itu, sebelum tes SKD saya kerepotan mencari baju seragam putih. Maklum, saya gak punya seragam putih yang biasa digunakan untuk tes CPNS. Soalnya saya gak pernah merencanakan tes CPNS.
Saya masih inget saya minjem seragam punya teman. Meski seragamnya agak kecil dan ada noda cimeutingan (bahasa sunda), saya pakai saja karena no choice daripada beli cuma dipake sekali (karena waktu gak terlalu optimis juga).
Persiapan belajar juga nyaris gak ada. Saya gak beli buku-buku tebel, gak latihan soal, dan sebagainya. Saya paling hanya baca-baca yang kira-kira soalnya bakal bentuk hafalan, yakni tentang undang-undang, pancasila, dan sebagainya yang ada di soal TWK.
Selebihnya, saya mengandalkan wawasan saya saja yang memang sejak sekolah seneng baca dan nulis. Intinya, saya tes SKD untuk pertama kali saat itu datang tanpa beban.
Saya meniatkan tes CPNS untuk menyenangkan hati orangtua saja. Selepasnya lolos atau tidak, yang penting ikut dulu aja.
Singkat cerita, tibalah waktu SKD. Saya datang ke lokasi. Lokasinya untuk formasi guru Pemprov Jawa Barat saat itu di Gedung Sport Jabar, Arcamanik, Kota Bandung. Kawasan olahraga yang luas.
Datang kesana naik motor, saya merasa jadi makhluk paling gak rapih. Baju saya kekecilan dan susah sekali dimasukan ke dalem celana. Rambut saya juga waktu itu gondrong belum dicukur kaya singa. Parahnya lagi saya jarang di sampo. Sementara liat yang lain mah duh, rapi-rapi, perlente, dan sebagainya. Duuh..
Di lokasi, sambil nunggu masuk ruang tes, saya kenalan dengan beberapa orang. Saya kaget juga, orang-orang yang datang tes rata-rata adalah orang yang sudah tes berulangkali. Ada yang bahkan sudah 5 kali dan statusnya saat ngobrol dengan saya sudah S2. Wah keder juga saya. Pasti kalah ini mah gak akan lolos.
Hingga tibalah masuk ruangan. Saya masuk ruangan ringan saja, gak ada deg-degan dan gak merasa terbebani dengan apapun. Lolos Alhamdulillah, gak lolos juga ya gak apa apa. Bahasa agamanya itu tawakal. Saya kira ini perlu dicatat juga sama teman-teman yang mau tes. Tetap tawakal.
Saya lantas mengerjakan soal satu demi satu. Nyaman rasanya. Gak fokus lirik-lirik orang. Gak juga terlalu banyak melihat waktu yang tersisa. Lihat aja ke soal dan kerjakan semampunya.
Waktu tes CPNS 2018 yang saya ikuti, tes SKD nampaknya lebih banyak ke pemahaman. Tidak mengandalkan hafalan. Kalaupun ada, seingat saya jumlahnya sedikit sekali. Itu untuk TWK.
Sisanya saya pikir mengandalkan kemampuan berpikir dan berlogika (di TIU) dan mengandalkan cara berpikir dan mengekspresikan perasaan dalam konteks memiliki sebuah jabatan di lingkungan PNS (untuk soal TKP).
Setelah selesai, saya klik selesai dan keluar hasilnya: 360. TWK 105, TIU 105, dan TKP 150.
Saya gak tau, itu gede apa kecil ya? Saya hanya tau itu lolos passing grade.
Namun, saat keluar, saya mendengar banyak orang ngobrol tentang nilainya. Dan sepertinya, lebih banyak orang yang kecewa dengan nilainya karena tidak lolos passing grade.
Tapi ya saya tidak terlalu peduli juga apakah saya paling besar atau bagaimana. Saya serahkan aja nanti ketika pengumunan.
Dan Alhamdulillah, ketika pengumuman tiba, diumumkan bahwa saya satu satunya yang lolos passing grade di formasi yang dipilih. Nilai peringkat duanya selain tidak lolos passing grade, sekitar 50 poin di bawah.
Konon, SKD tahun 2018 ini kata beberapa orang berbeda dengan yang tahun tahun sebelumnya. Soalnya diluar prediksi. Terutama, yang paling sulit adalah TKP.
Namun saat mengerjakan TKP, saya seolah mendapat semacam ‘ilham’, bahwa dalam memilih jawaban TKP, kita jangan mengandalkan subjektifitas diri, melainkan memposisikan diri seolah sudah menjadi PNS dan berada di posisi PNS. Itu yang jadi pegangan.
Tes SKB
Praktis sebenarnya, setelah lolos tes SKD, saya tidak ada beban lagi di SKB. Tidak ada saingan.
Namun, saya memerhatikan lini masa saat itu, muncul gelombang opini untuk menjadikan yang tidak lolos passing grade bisa bersaing dengan yang lolos SKD tunggal. Tapi saya sebetulnya gak terlalu peduli juga, kalau mau bersaing lagi ya boleh saja. Rezeki mah ada yang ngatur.
Tapi ya memang pada akhirnya formatnya tak begitu. Yang lolos SKD tunggal tetap tunggal, dan di tempat yang tidak ada yang lolos SKD, barulah ada perangkingan tiga besar. Otomatis dong, saya akhirnya gak ada saingan.
Namun, bukan berarti tak ada kisah yang saya perlu bagikan di SKB ini.
Sebelum tes SKB dimulai, saya kenalan dengan salah satu peserta. Dia mengaku lolos SKD di peringkat pertama untuk formasi bahasa Inggris. Angkanya ada di 380an. Sementara ia tau, kompetitornya hanya satu dan jumlah angkanya jauh dibawah dia. Hanya diangka 330 atau 340 tanpa serdik seingat saya.
Namun, ketika saya mengobrol dengannya, dia membawa nada yang pesimis nampaknya. Tes SKB yang sebagaimana kita tahu akan lebih fokus pada penguasaan bidang-bidang pelajaran yang dipilih, baginya adalah sesuatu yang akan sangat sulit.
Maklum, walaupun nilai SKD-nya besar, sebelum tes CPNS ia tak menjalani profesi guru. Ia seorang collector leasing yang tentu saja jauh dari bidang keguruan yang saat ini ia ambil. Meski nilainya besar, ia tak memiliki optimisme sama sekali dan seperti menyerah duluan.
Singkat cerita, tes SKB akhirnya dimulai. Saya mengerjakan tanpa beban memang. Tapi tetap saya kerahkan apa yang memang bisa saya keluarkan dari kepala.
Memang betul, soalnya seputar dunia mengajar (pedagogi), juga materi bidang ajar yang akan kita garap nantinya. Kalau saya ya bahasa Indonesia. Pada titik ini, sebetulnya orang yang sudah mengajar akan lebih unggul dibanding orang yang sebelum tes gak mengajar sama sekali.
Meskipun soal SKB itu ada banyak contoh soal latihannya, tapi saya pikir pemerintah sebagai pembuat soal akan selalu berupaya membuat soal yang menjadikan orang-orang yang lulus itu memiliki kemampuan mengajar yang otentik. Bukan yang dikarbit dengan latihan-latihan dalam waktu singkat.
Orang yang gak punya pengalaman mengajar namun bermodal latihan, menurut saya seperti ayam broiler yang disuntik. Dagingnya tidak akan lebih enak dari ayam kampung yang proses berkembangnya otentik tanpa suntikan apapun.
Ayam kampung inilah perumpamaan orang-orang yang tes SKB dengan modal penguasaan mengajar yang mumpuni selama menjadi guru. Dia belajar bukan karena mau SKB. Dia tumbuh alami. Dia belajar setiap waktu demi memberikan manfaat yang semakin lama semakin besar bagi murid-muridnya. Gak nunggu tes SKB. Sehingga, orang semacam ini pasti akan lebih mudah lolos SKB dalam kacamata yang logis.
Hal ini terbukti dengan orang yang saya kenal sebelum masuk tes SKB. Hasil SKB nya betul betul jeblok. Hanya ada diangka 100an. Termasuk yang paling kecil. Sementara kompetitornya mendapat nilai yang jauh lebih baik. Otomatis, kompetitornya yang lolos.
Seiring waktu, saya kenal dengan kompetitornya tersebut. Ternyata, ia memang punya basic dan kemamuan yang secara latar belakang lebih mumpuni. Sehingga wajar jika akhirnya ia yang lolos CPNS karena penguasaan bidangnya lebih matang.
Jadi pesan saya, sebelum tes SKB, pastikan anda adalah seorang guru pembelajar yang profesional. Laksanakan apa yang jadi tupoksi di sekolah. Itu sebetulnya sudah cukup untuk bisa mengerjakan soal-soal SKB.
Orientasi
Setelah lolos tes SKB, proses ternyata belumlah selesai begitu saja. Setelah selesai pengumuman, kalau di lingkungan Pemerintah Povinsi Jawa Barat ada yang namanya orientasi. Orientasi ini dilakukan sebelum pemberian SK CPNS.
Saat itu, waktunya dilaksanakan tiga hari. Tempatnya dimana? Saat itu, tempatnya di Pusdik Ajen TNI AD. Pusat Pendidikan Ajudan Jendral TNI di daerah Lembang, Jawa Barat. Cuacanya dingin sekali disana. Ditambah lagi kepala yang harus diplontos terlebih dahulu. Tambahlah dingin itu terasa.
Sebelum pelaksanaan orientasi, peserta diberi seragam lengkap. Semacam seragam satpam berwarna biru navy, ditambah dengan sepatu besar, topi rimba, juga sabuk khusus yang tentu semua perlengkapan itu baru bagi saya. Itu semua diberikan gratis.
Saat orientasi, kegiatan selama tiga hari itu sangat padat. Keluar kamar sebelum subuh dan masuk kamar di atas jam 9. Perpaduannya hybrid antara indoor dan outdoor. Dan, semua kegiatan sudah didesain rapi tanpa jeda dari jam ke jam.
Pendidikan yang dilaksanakan memang semi militer. Maksudnya sepertinya untuk membiasakan kedisiplinan dan menjadikan semua peserta merasa setara dalam posisinya sebagai CPNS.
Lain kali saya akan cerita lebih lanjut prosesnya. Yang pasti, banyak hal yang berkesan dan hingga hari ini masih diingat. Bagi yang tak kuat mental, tiga hari itu pasti akan terasa sangat berat. Walau bagi yang mentalnya kuat juga sih pasti berat. Hehe..
Namun ujung dari orientasi adalah sesuatu yang dinanti. Acara terakhir di orientasi adalah kami para CPNS dikumpulkan di aula dan dipanggil satu persatu untuk mendapatkan SK. Setelah itu, kami juga mendapat surat tugas dari Dinas Pendidikan untuk datang ke sekolah tempat tugasnya masing-masing.
Terjun di sekolah tugas
Setelah mendapatkan surat tugas dari Dinas Pendidikan Pemprov Jawa Barat, saya dan delapan orang yang berada di instansi yang sama saling berkomunikasi dan janjian datang ke tempat tugas.
Dari delapan orang yang lolos disana, tidak ada yang sebelumnya memang mengajar disana. Semuanya adalah orang baru untuk tempat yang baru. Sebagian besar adalah pendatang. Bukan asli orang sekitar. Semua berangkat masing-masing dari tempat tinggalnya sendiri.
Ketika sampai didepan gerbang sekolah, saya melihat ada beberapa kerumunan guru. Saya deg-degan juga. Takutnya tidak diterima degan baik. Maklum, saya sering mendengar kabar di beberapa tempat ada banyak guru non PNS yang sentiment dengan PNS. Apalagi di tempat saya saat itu belum ada PNS-nya (hanya Kepsek)
Tapi untungnya tidak demikian, setelah melalui proses perkenalan, ternyata semuanya baik-baik saja hingga hari ini. Semua relatife akur. Apa yang diduga, tak sesuai dengan realita. Alhamdulillah.
Latsar CPNS
Sambil melaksanakan tugas ujicoba sebagai CPNS, kami juga menunggu panggilan Latsar (Latihan Dasar) Prajabatan CPNS. Untuk Jawa Barat, karena jumlah CPNS-nya cukup banyak, maka dibagi menjadi empat atau lima gelombang (saya lupa lagi)..hehe..
Hingga datanglah panggilan kalau tidak salah Agustus 2019 untuk gelombang 3. Saya dan beberapa teman dibebas tugas sementara di sekolah untuk mengikuti Latsar untuk berangkat ke lokasi penyelenggaraannya di lingkungan BPSDM Jawa Barat.
Sistem Latsar pada angkatan kami saat itu berkonsep on off kampus selama 51 hari. Diawali dengan on campus lebih kurang lebih 17 hari. Kami tidak boleh pulang kecualinya hanya akhir pekan. Dari sabtu malam, namun harus kembali lagi minggu sebelum pukul 20.00. Bagi yang jauh, mereka sebagian memilih tidak pulang karena waktunya sebentar.
Meski pasti berat ya, apalagi jika sudah punya anak istri. Semuanya ditinggal di rumah. Namun, bagi ibu menyusui atau punya anak kecil, BPSDM menyediakan tempat untuk menginapkan pengasuh yang didatangkan masing-masing peserta.
Dibanding dengan masa orientasi 3 hari yang terkesan mengasah mental, agenda di Latsar kesannya lebih soft untuk aspek mental. Karena memang yang diasah adalah kepahaman soal materi ANEKA. Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
Sehari-hari kami maraton menyimak materi dari pagi sampai malam. Dalam pelaksanaannya kami dipandu oleh anggota TNI. Sehingga dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain dilakukan dengan tertib, sambil berbaris, meneriakan yel-yel, dan berbagai hal lain yang maksudnya adalah membiasakan kedisiplinan.
Para pematerinya di Latsar ini juga bukan sembarang. Rata-rata widyaiswara yang memiliki banyak pengalaman dan lika liku soal PNS. Tentang bagaimana baik dan buruknya. Ada mantan Kepala Dinas hingga mantan Sekda.
Sebelum masa in campus pertama selesai, kami diminta menyusun proposal aktualisasi. Semacam rencana kerja yang didasarkan pada nilai-nilai yang sudah dipelajari untuk kemudian diimplementasikan di tempat tugas dalam waktu sekitar satu bulan.
Polanya seperti sedang mengerjakan skripsi. Ada pembimbingnya, dan ada juga ujian proposal dan akan ada ujiannya. Ya, ada ujian. Karena setelah 30 hari, kami harus kembali lagi selama kurang lebih tiga hari dan bergiliran menghadapi ujian siding aktualisasi untuk dinyatakan lolos atau tidaknya.
Setelah lolos ujian proposal dan kembali ke tempat tugas, kami menjalani kegiatan latsar off campus. Selama kurang lebih tiga puluh hari, kami diwajibkan ke sekolah mengenakan pakaian hitam putih dan kartu peserta latsar. Jadi, otomatis harus punya persedian seragam hitam putih minimal 3 supaya tidak bau.
Singkat cerita, kami kembali lagi melaksanakan ujian. Di masa ujian ini kami bergiliran mempresentasikan hasil aktualisasi selama di sekolah. Mengaitkan berbagai kegiatan di sekolah dengan prinsip-prinsip ANEKA. Setelah itu? Alhamdulillah semua lulus dan pulang ke tempat tugas masing-masing.
Plong rasanya.
Pelantikan PNS
Setelah latsar dan dinyatakan lolos, yang ditunggu adalah pelantikan. Menggenapkan status sekaligus menggenapkan gaji menjadi full seratus persen. Hehe..
Namun, sebagai efek dari pandemi yang terjadi pada awal 2020, pelantikan yang umumnya dilakukan di gedung dan tatap muka langsung, harus berubah formatnya. Yang diperbolehkan datang ke gedung dan bertemu dengan gubernur untuk dilantik hanya beberapa orang saja dengan menggunakan protokol kesehatan yang ketat. Sisanya, menyimak di rumah lewat instagram live dan youtube, lalu mengirimkan file rekaman sumpah jabatan masing-masing melalui alamat e-mail.
Dengan demikian, pemberian SK fisiknya juga tertunda. Meski dilantik tanggal 24 April 2020, SK fisik baru datang lebih dari satu bulan kemudian.
Begitulah kisah yang bisa saya bagikan. Mudah-mudahan ada manfaatnya.
Konklusi
Saya ingin memberikan sebuah konklusi di ujung tulisan ini.
Dari kisah yang saya alami, saya belajar bahwa rezeki itu ada yang mengatur. Orang yang ikhtiar jadi pebisnis, bisa terdampar jadi PNS. Begitu juga orang yang ikhtiar jadi PNS, namun gagal melulu, bisa jadi jalan rezekinya bukan disana.
Maka dari itu, kita jangan terlalu berpaku pada keinginan menjadi PNS. Bumi ini luas. Banyak hal yang dikarunikana Allah dan bisa dimanfaatkan untuk penghidupan umat manusia.**