Gaji Guru Di Masa Peradaban Islam

Matapendidikan.com,- Menyimak jumlah gaji guru di zaman sekarang memang membuat hati terenyuh. Meski sebagian ada yang sudah bisa mendapatkan gaji berjuta-juta, namun masih ada jutaan guru yang gajinya tak lebih dari satu perbulan. Bahkan, ada yang kurang dari 300 ribu perbulan.
Padahal, disaat yang sama, biaya kebutuhan hidup terus naik dari waktu ke waktu. Mulai dari listrik, air, sembako, dan sebagainya. Hingga terkadang, ada orang bertanya-tanya, bagaimana caranya guru hidup dengan gaji guru yang hanya ratusan ribu perbulan?
Apalagi jika guru tersebut telah memiliki istri dan anak. Hal ini menyatukan rasa penasaran dan kasihan dalam satu waktu yang bersamaan.
Namun tahukah anda? Pernah ada suatu dalam lintasan sejarah, guru diberi penghargaan yang begitu tinggi atas tugasnya sebagai guru. Pekerjaannya dihargai dengan gaji yang menggiurkan. Kapan dan bagaimana kisahnya?
Jelasnya, peristiwa tersebut terjadi di masa peradaban Islam. Ketika umat Islam dipimpin oleh para Khalifah yang memimpin dengan kebijaksanaan dan keadilan.
Bukan hanya gaji gurunya yang tinggi. Sarana prasarananya juga diperhatikan, muridnya diurusi, dan yang pasti hasil-hasil dari proses pendidikannya juga sangat banyak.

Kesejahteraan Pendidikan Di Masa Peradaban Islam


Salah satu keterangan yang menunjukan gaji guru di masa peradaban Islam sangat besar adalah kisah yang diceritakan terjadi pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab.
Salah seorang ulama yang bernama Imam Ad Damsyiqi  menceritakan berdasarkan riwayat ulama dari Al Wadliyah bin Atha. Dalam riwayat tersebut, ia mengisahkan bahwa di pusat peradaban Islam saat itu, yakni di Kota Madinah terdapat tiga orang guru yang pekerjaannya mengajari anak-anak.
Sebagai imbalannya, Khalifah Umar bin Khattab memberikan gaji pada masing-masing guru tersebut sebesar 15 dinar. Apakah anda tau berapa 15 dinar jika dikonversi ke dalam rupiah? Anda hitung saja, yang pasti jumlahnya bukan 200 ribu.
Pehatian para penguasa di masa peradaban Islam juga tidak terbatas pada guru-gurunya saja. Sarana pendidikan juga dibuat dengan sangat memadai. Mulai dari perpustakaan, auditorium, observatorium, dan masih banyak lagi.
Sebagaimana dikutip dari Republika, budaya mengoleksi buku hingga menghimpunnya dalam suatu perpustakaan yang besar salah satunya dipelopori masa kekhilafahan.
Tercatat, koleksi perpustakaan yang pertama muncul , ada pada masa kekhalifahan Bani Umayyah. Bahkan, buku-buku yang menjadi koleksi perpustakaan tersebut masih lestari hingga hari ini. Meski sudah lebih dari satu millennium lamanya.
Bukan hanya mengumpulkan buku, negara juga membangun sistem catatan terkait dengan kegiatan kepustakaan yang dilakukan dalam perpustakaan tersebut.
Khalifah al-Manshur (775 M)  adalah penguasa yang disebut-sebut merupakan pendiri cikal bakal perpustakaan. Bukan hanya itu, ia juga mendirikan biro terjemahan di Kota Baghdad. Apa yang dilakukan para Khalifah di masa-masa Kekhalifahan Bani Umayah terus disempurnakan dimasa-masa setelahnya.
Sayangnya, masih sebagaimana dikutip dari Republika, berbagai perpustakaan yang didirikan para khalifah itu kerap menjadi sasaran pengrusakan. Tercatat ada beberapa pasukan yang melakukan hal itu.
Mulai dari tentara mongol di Baghdad, dan pasukan salib pada masa Inkuisisi Spanyol (Andalusia) yang memindahkan ribuan naskah dari dunia islam ke perpustakaan barat, seperti Perpustakaan Inggris, Bibliotheque Perpustakaan Nasional Perancis.
Negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi dengan fasilitas (sarana dan prasarana) yang disediakan negara.
Contoh praktisnya adalah Madrasah Al Muntashiriah yang didirikan khalifah Al Muntahsir di kota Baghdad. Seluruh siswa yang sekolah di sekolah milik negara ini, setiap siswa menerima beasiswa berupa emas senilai satu dinar. Selain itu, keseharian mereka juga dijamin oleh negara.
Perhatian terhadap dunia pendidikan yang diberikan dari penguasa akan mengantarkan hasil pendidikan yang juga baik. Buktinya, ada pada peradaban Islam.
Bahkan, perhatian para penguasa di zaman kekhalifahan Islam dibenarkan bahkan dianggap sebagai sebuah kehebatan oleh para sejawaran barat yang notabene adalah orang-orang yang bukan Islam.
Dalam buku Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, terjemahan dari buku karya Prof Raghib As-Sirjani, ada beberapa tokoh barat yang mengakui hal ini.
Misalnya, Daniel Brifault, sebagaimana dikutip Prof Raghib dari buku Making Of Humanity, yang menyatakan, “Sejak tahun 700 masehi, cahaya peradaban Arab Islam mulai membentang dari timur tengah menuju arah timur sampai daerah Persia dan ke barat sampai ke spanyol. Mereka telah mengembalikan penemuan-penemuan sebagian besar ilmu pengetahuan klasik dan membukukan penemuan-penemuan baru yang mereka temukan dalam bidang matematika, kimia, fisika, dan ilmu-ilmu lain. Dalam keadaan yang demikian ini, seperti di selainnya, maka kaum muslimin merupakan guru bangsa Eropa, karena kaum muslimin telah menyumbangkan saham besar demi mengantarkan kebangkitan ilmu-ilmu pengetahuan di benua Eropa.”**(han)

Tinggalkan komentar