Matapendidikan.com,- Berdasarkan alasan agama, sudah jelas bahwa kamu sebagai anak wajib menghormati orangtua. Sebenarnya, dengan alasan agama saja sudah cukup bagi kamu untuk menghormati orangtua.
Namun, agar kamu semakin hormat kepada orangtua, tak ada salahnya menambahnya dengan alasan kemanusiaan. Ada banyak hal yang dilakukan orang tua yang membuat kamu tergolong menjadi makhluk yang tidak manusiawi jika tidak menghormatinya.
Terkait hal ini, setidanya ada 10 alasan wajibnya menghormati orangtua yang membuat secara manusiawi kamu semestinya menhormatinya. Sebaliknya, tidak hormat adalah tanda kamu tidak manusiawi. Apa saja itu? berikut ulasannya.
Pertama, orangtua yang mengandungmu
Apakah pernah kamu merasakan yang namanya mengandung? Mengandung janin adalah proses yang melelahkan. Waktu sembilan bulan bukan waktu yang sebentar.
Dalam proses mengandung, ibumu mengalami fase-fase yang berat. Mulai dari mual-mual, pusing, gampang capek, berat kemana-mana, dan banyak lagi. Bahkan, hal-hal tersebut tidak dirasakan dalam beberapa jam saja, tapi bisa jadi berhari-hari bahkan berbulan-bulan.
Dalam proses mengandung, ibumu juga menjaga setiap gerak-geriknya. Ada berbagai hal yang biasa ia lakukan saat belum mengandung, jadi tidak bisa dilakukannya. Dan, mereka mau berkorban untuk itu.
Tidakkah hal tersebut merupakan hal besar?
Kedua, orangtua yang melahirkanmu
Setelah mengandung sembilan bulan dengan berbagai dinamika yang ada, ibu anda pada akhirnya harus menjumpai masa melahirkan.
Melahirkan juga bukan hal yang sederhana. Ada resiko yang mempertaruhkan antara hidup dan mati dalam prosesnya.
Ibu mu, harus menahan sakitnya mengeluarkanmu dari perutnya, merasakan bagaimana darah mengucur dengan derasnya jika lahiran normal, dan merasakan bagaimana sakitnya menahan nyeri berhari-hari setelah dibius jika lahiran sesar.
Ada tangisan, ada teriakan, ada kecemasan, ada kebingungan, ada ketakutan, semua bercampur baur ketika ibumu melahirkan.
Sebagai laki-laki, saya tak bisa bayangkan bagaimana jika saya mengalami proses melahirkan saya rasakan. Ngilu dan ngeri rasanya.
Makanya dalam Islam, Nabi Muhammad Saw. menyerupakan orang yang mati karena berjuang saat melahirkan anak dengan orang yang mati syahid.
Sebuah penghargaan yang besar untuk usaha ang berat dari para ibu.
Ketiga, orangtua yang memberimu ASI
Setelah kamu lahir, masalah belum selesai. Ada banyak hal lagi yang kemudian harus dilakukannya. Hal yang paling dasar, mempertahankan anaknya untuk tetap hidup.
Memberi makan kamu ketika baru lahir tidaklah mudah. Tidak bisa membuat telor ceplok dan beli ke warung. Agar kamu tetap hidup, makananmu ketika baru lahir hanyalah ASI.
Seringkali ada para ibu yang tidak mudah mengeluarkan ASI. Sehingga perlu ada upaya lanjutan untuk memancingnya mengalir. Ini juga bukan hal sederhana.
Agar kamu tetap mengonsumsi ASI, para ibu ada yang rela berhenti bekerja dan berhenti dari berbagai aktivitas. Demi kamu. Demi anaknya yang baru lahir itu agar tetap dapat bertahan hidup.
Begitu juga bapak anda, di awal-awal anda melahirkan, ialah yang menghandle tugas-tugas istrinya yang biasa dilakukan. Ia merangkap tugas sebagai pencari nafkah dan pengurus rumah tangga sementara.
Betapa repotnya bagi seorang laki-laki yang tidak terbiasa bekerja dalam dua bidang sekaligus.
Keempat, orangtua yang mengganti popok atau membersihkan kotoranmu
Bukan hanya diberi makan, sebagai bayi, anda juga diurusi ketika mengeluarkan kotoran hasil pengolahan asupan makanan yang masuk ke tubuhmu.
Pernahkah kamu memegang kotoran? Atau pernahkah kamu setidaknya memegang kain yang menempel diatasnya kotoran-kotoran yang baud an menjijikan? Maukah kamu mencobanya?
Secara manusiawi, tidak ada orang yang mau mengurusi kotoran semacam itu. Namun, demi kamu, ibu atau ayahmu melakukannya.
Mereka tak punya pilihan untuk itu. Menahan betapa baunya kotoranmu dan menjijikannya itu, adalah hal yang harus dilakukannya. Coba bayangkan kamu menjadi mereka?
Kelima, orangtua menahan getir dan bisingnya tangisanmu pada siang dan malam
Bukan hanya itu, kamu juga harus sadar bahwa ketika kamu kecil, kamu membuat telinganya merasa ‘terganggu’ tak kenal waktu.
Kamu bisa menangis keras kapan saja. Entah subuh, pagi, menjelang siang, siang, sore, malam, bahkan hingga tengah malam ketika mereka sudah tidur lelap.
Mungkin saat kamu menangis, mereka sedang melakukan hal lain. Entah memasak, bekerja, atau beristirahat. Apa yang sedang mereka kerjakan kamu ganggu dengan tangismu saat itu.
Namun betapa mulianya orangtuamu. Mereka tak merasa terganggu meski diganggu. Mereka bersabar dan tetap menyayangimu.
Keenam, orangtua yang mengajarimu merangkak, berdiri, dan berjalan
Tahukah kamu, mengajari bayi kecil merangkak, lalu berdiri, dan berjalan itu sesuatu yang berat?
Ya, berat. Bagaimana mereka berusaha menjadikan kamu yang tadinya hanya bisa berbaring dan menangis, pada akhirnya kini bisa berjalan, lari, melompat, kayang, guling-guling hingga jungkir balik.
Kamu tak bisa melakukan berbagai gerakan hebat hari ini tanpa didahului dengan pengajaran dan pelatihan yang diberikan orangtuamu untuk bisa merangkak, berdiri, lalu berjalan.
Kamu jatuh berkali-kali, mereka bangkitkan. Kamu menangis berkali-kali, mereka tenangkan. Mereka tekun dan sabar mengajarimu dalam waktu berbulan atau bertahun lamanya.
Coba periksa, apakah kamu pernah menunjukan gerakan dan bertingkah tak sopan kepada orangtuamu? Maka ingatlah jasa orangtuamu soal ini.
Ketujuh, orangtua yang pontang-panting mencari nafkah
Mencari nafkah bukanlah hal yang mudah dizaman sekarang.
Bagi jutaan orang di dunia, uang senilai limaribu, sepuluh ribu, itu didapat dengan usaha dan kerja keras yang luar biasa.
Namun kadang kala sebagai anak, kamu menganggapnya receh dan kurang. Begitu mudah kamu menghabiskan uang itu, bahkan untuk hal-hal yang tidak berfaedah sama sekali.
Apakah kamu berfikir bagaimana keadaan orangtuamu ketika mencari nafkah? Mereka menghadapi berbagai masalah. Mereka pusing, mereka lelah, tapi mereka tetap gaspol dalam bekerja karena ingat bahwa anaknya butuh makan dan jajan.
Cobalah hargai betapa berat proses yang mereka lalui.
Kedelapan, orangtua yang sabar dengan ‘pembangkangan’
Dengan jasanya yang sangat besar, tak berarti orangtuamu menuai hasil sesuai harapannya.
Nyatanya, meski telah berjuang untuk anak-anaknya, masih ada saja anak-anaknya yang membangkang. Tidak nurut, tidak mau diarahkan, tidak mau dinasehati, atau bahkan omongannya tak didengar.
Hal-hal tersebut jelas bentuk pembangkangan yang mungkin jika kamu mengalaminya dalam posisi bukan sebagai orangtua, akan mudah bagimu sakit hati.
Bagaimana perasaanmu jika kamu telah mengorbankan sesuatu untuk seseorang, lalu orang tersebut malah tak menghargaimu bahkan membangkangmu?
Ah, betapa jahatnya orang tersebut.
Bayangkanlah bahwa orangtua anda juga sejatinya mengalami hal yang sama. Namun mereka tak bilang kamu jahat, tak bilang kamu keparat, bebal, dan sebagainya.
Mereka tetap sabar. Tak berhenti memberi makan dan minum. Tak berhenti memberimu uang jajan , dan berbagai kemauan lain yang sangat banyak.
Kesembilan, orangtua yang terbiasa dengan doa dan tangis
Sebagai anak, kamu mungkin taunya orangtuamu tampak tegar dan tak pernah cengeng. Tapi cobalah periksa kala ia berdoa selepas solat. Disiang, malam, atau sepertiga malam.
Mungkin kamu tak tahu bahwa mereka sering menangis lirih untukmu. Mendoakan agar kamu menjadi anak yang soleh, selamat dunia akhirat, dan berbagai kebaikan ia harapkan agar terlimpah untukmu.
Meski mungkin dalam dunia lain, kamu sebagai anak sering lupa mendoakan mereka dengan sungguh-sungguh.
Doa adalah sesuatu yang sangat mahal. Coba, berapa banyak orang yang tulus mendoakanmu secara khusus di dunia selain orangtua? Adakah?
Jikapun ada, pasti doa yang dipanjatkan tak akan setulus dan sekonsisten doa yang dipanjatkan orangtuamu.
Kesepuluh, orang yang tua yang menahan berbagai kebutuhan dan keinginan pribadinya
Sebagai anak , apakah kamu ada terbesit rasa kecewa jika kebutuhan dan keinginan pribadimu tak dapat kamu wujudkan?
Jika iya, maka orangtuamu juga sama. Dan, harus kamu sadari, bahwa orangtuamu pasti sering dalam kondisi itu. Kebutuhan dan berbagai keinginannya harus rela ia tunda demi mendahulukan berbagai keinginan dan keinginanmu.
Ketika kamu mau selalu makan enak, orangtuamu juga sama. Namun mereka mendahulukanmu. Disaat kamu makan enak, mereka rela makan seadaannya.
Ketika kamu mau barang-barang baru dan mahal, orangtuamu juga mungkin sama. Namun mereka mendahulukanmu. Mereka rela apa yang mereka ingin ditunda pemenuhannya sekian lamanya.
Penutup
Sebenarnya, masih banyak lagi tentunya alasan-alasan lain. Termasuk, alasan-alasan pribadi tentang jasa orangtua yang setiap anak berbeda pengalamannya. Namun, dengan sepuluh alasan kemanusiaan ini, sudah cukup dan rasanya tak ada alasan lagi untuk tidak menghormati orangtua.
Gimana, masih mau gak hormat sama orangtua?
Baca juga: Orangtua Durhaka, yang Bagaimana?